TEMPO.CO, Jakarta -Komunitas pesepeda Too Much Idea Cycling Cult yang memiliki perhatian pada kesehatan mental, punya cara tersendiri untuk menyampaikan kerisauan atas maraknya kasus begal sepeda dan jambret terhadap para pengayuh pit akhir-akhir ini.
Saat gowes, mereka menempelkan kertas di punggung dengan pelbagai tulisan. Beberapa di antaranya seperti 'Saya Gajian Tanggal 1, Jangan Dibegal, Sama-sama Susah', 'Saya Trauma Dijambret, Masa Tega si Ngebegal' atau 'Saya Anxious, Kalo Dibegal Susah Pulihnya'.
"Sebenarnya itu buat lucu-lucuan sekaligus buat awareness ke masyarakat, kalau semua orang berhak untuk tidak dibegal, entah itu pesepeda, peseda motor, atau pejalan kaki," ujar anggota Too Much Idea, Akbar Darmansyah kepada Tempo, Sabtu, 31 Oktober 2020.
Akbar mengaku sadar bahwa aksi tersebut tidak bisa dijadikan langkah untuk menurunkan kejahatan begal sepeda.
Namun setidaknya, kata dia, tulisan-tulisan tersebut menggambarkan bahwa begal maupun jambret membuat para pesepeda menjadi khawatir.
Baca juga : Kondisi Kolonel Marinir Korban Begal Sepeda Berangsur Membaik
"Kayak curhat saja gitu, kita jadi was-was," kata Akbar.
Pada Juli 2020, Akbar pernah menjadi korban jambret saat bersepeda di kawasan Sudirman, Jakarta. Pria yang sehari-harinya menggunakan sepeda untuk pulang pergi rumah - kantor, yakni dari Depok ke Ciledug ini harus kehilangan ponselnya.
Ketika malam itu, Akbar bersama tiga rekannya sedang mengayuh pit. Mereka berencana melakukan pelatihan yang rutin dilakukan oleh komunitasnya. Akbar lantas berencana menghubungi rekannya dengan sambungan telepon. Begitu ponsel dikeluarkan, jambret menyambar gadget miliknya dari belakang secara tiba-tiba.
"Pelakunya naik motor RX King," ujar Akbar.
Atas maraknya kejahatan berupa begal dan jambret sepeda, Kepolisian Daerah Metro Jaya telah membuat dua tim khusus, yakni untuk mengungkap kasus dan melakukan pencegahan. Untuk pencegahan, polisi telah melakukan pemetaan tempat-tempat rawan begal sepeda seperti di Jalan Sudirman - Thamrin.
"Kita lakukan penjagaan di tempat tersebut, baik yang berseragam maupun yang pakaian preman," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, di kantornya, Selasa, 27 Oktober 2020.