TEMPO.CO, Jakarta - Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan membawa ponsel hingga tas saat bersepeda menjadi salah satu penyebab maraknya aksi begal terhadap pesepeda di Jakarta. Menurut dia, para pesepeda kerap menyimpan ponsel mereka di tempat yang mudah terlihat.
"Handphone ditaruh di depan, lalu ada juga yang taruh di saku belakang baju. Juga tasnya main diikat sembarang saja. Ini yang kami imbau agar para pesepeda dijaga keamanannya," ujar Yusri di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin, 2 November 2020.
Baca Juga: Mayat Pria Tanpa Identitas Tergeletak di Papango Raya, Polisi Duga Korban Begal
Selain menaruh barang mewah di tempat yang mudah terlihat dan dijangkau begal, Yusri mengatakan para pesepeda kerap memilih waktu beraktivitas saat subuh atau dini hari. Pada jam-jam tersebut jalanan relatif sepi dan kerap dimanfaatkan para begal melakukan aksi kejahatannya.
Selain itu, Yusri mengklaim mayoritas pesepeda menjadi korban begal saat gowes sendirian atau sedang tak berkelompok. Oleh karena itu, dia mengimbau aktivitas bersepeda sebaiknya dilakukan bersama-sama.
"Selain tahu waktunya, kalau bersepedanya ramai-ramai ya ga akan dibegal-lah. Ga akan ada niat dan kesempatan bagi para pelaku begal," kata Yusri.
Hingga akhir bulan Oktober 2020, Kepolisian Daerah Metro Jaya telah menerima 14 laporan tindak pidana pembegalan sepeda di Jakarta. Yusri mengatakan pihaknya menduga jumlah korban lebih banyak dari itu, para korban enggan melapor ke polisi.
Polisi bersama TNI dan Pemprov DKI juga telah membuat tim khusus untuk menjaga para pesepeda dari begal. Tim khusus itu kerap berpatroli di jalur yang dilewati para pesepeda.