TEMPO.CO, Jakarta - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Jakarta Selatan mengingatkan masyarakat agar tidak lengah menerapkan protokol kesehatan, di antaranya mengenakan masker, meski angka kasus positif COVID-19 di DKI Jakarta menurun. "Dalam mencegah terinfeksinya COVID-19 ini, masker memegang peranan sangat penting," kata Ketua IDI Kota Jakarta Selatan M Yadi Permana di Jakarta, Rabu, 4 November 2020.
Masker dapat mengurangi penyebaran virus Corona dari sisi penyebaran melalui tetesan kecil (droplet) yang berasal dari saat seseorang ketika berbicara, batuk, ataupun bersin. Langkah-langkah seperti memakai masker, menjauhi kerumunan (physical distancing) dan mencuci tangan atau dikenal dengan pesan 3M, efektif menurunkan tingkat penyebaran sampai 80 persen.
"Bahkan ada literatur yang menyebutkan sampai 90 persen, jika bisa dijalankan dengan baik dan benar," kata Yadi yang juga dokter spesialis bedah tumor di Rumah Sakit Fatmawati.
Pemakaian masker yang baik dan benar itu menurut definisi dari organisasi kesehatan dunia (WHO) terdapat dua jenis masker yang ada di masyarakat, yakni masker medis yang dipakai oleh tenaga kesehatan dan masker non-medis atau masker kain untuk masyarakat biasa.
Masker yang direkomendasikan oleh WHO untuk kalangan biasa, kata dia, adalah masker kain minimal dua lapis.
Pemakaian masker kain dua lapis ini juga direkomendasikan untuk dipakai di luar ruangan tidak boleh lebih dari tiga-empat jam dan disarankan untuk langsung dicuci di hari itu juga. Pemakaian masker non medis ini hendaknya dua sampai tiga masker yang dibawa dalam sehari-hari bagi yang aktif di luar ruangan.
"Masker basah sudah tidak efektif lagi untuk menghambat dari penyebaran Corona," kata Yadi. Setelah tiga jam masker yang basah karena aktivitas berbicara atau lainnya, harus diganti dengan masker yang baru dan kering.
Sebelum memakai masker baru hendaknya mencuci tangan terlebih dahulu.
"Masker bekas pakai disimpan di dalam kotak atau plastik yang bisa kita amankan sebelum dicuci," kata Yadi.