TEMPO.CO, Jakarta - Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Barat menyatakan kasus kebakaran di wilayah itu sejak Januari hingga Oktober 2020 menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2019. "Tahun 2019 dari Januari sampai Oktober ada 348 kasus kebakaran. Artinya menurun 67 kasus dibanding tahun lalu," kata Kasi Pengendalian Gulkarmat Jakarta Barat Eko Sumarno di Jakarta, Kamis, 5 November 2020.
Sudin Gulkarmat Jakarta Barat, mencatat mulai Januari hingga akhir Oktober 2020 ada 281 kasus kebakaran di Jakarta Barat. Eko mengatakan, pandemi COVID-19 yang membuat masyarakat lebih banyak di rumah berpengaruh terhadap menurunnya jumlah kebakaran.
Eko merinci kasus kebakaran paling banyak terjadi pada Juli, yakni 42 kasus. Kemudian disusul pada Juni dan Agustus, masing-masing sebanyak 39 kasus dalam sebulan. Wilayah yang paling banyak kebakaran adalah wilayah Cengkareng dengan 49 kasus. “Disusul Kalideres ada 46 kasus dan Kembangan ada 45 kasus kebakaran," kata Eko.
Pemukiman padat penduduk menjadi obyek kebakaran yang dominan terjadi kebakaran, yakni sebanyak 87 kasus. Mayoritas kebakaran disebabkan arus pendek (korsleting) listrik sebanyak 168 kasus, disusul akibat kelalaian dari sumber api yakni kompor maupun rokok.
Eko menjelaskan 281 kasus kebakaran itu menimbulkan dua korban jiwa dan melukai 13 korban. Total perkiraan kerugian dari ratusan insiden kebakaran itu mencapai Rp 46, 32 miliar.
Sudin Gulkarmat Jakarta hingga saat ini terus memberikan sosialisasi tentang bahaya dan cara pencegahan kebakaran kepada masyarakat.
Tiap hari, petugas Sudin Gulkarmat dari tiap-tiap sektor memberikan sosialisasi baik ke permukiman, perkantoran maupun komunitas untuk mensosialisasikan tentang bahaya kebakaran.
Eko juga memaparkan sejak awal pandemi COVID-19 pada Maret 2020 hingga saat ini, pihaknya menyemprot jalanan dengan disinfektan sebagai upaya memutus penyebaran COVID-19. Hingga akhir Oktober 2020, sebanyak 2.755 titik telah disemprot disinfektan.