TEMPO.CO, Bekasi -Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengisyaratkan akan membuka kegiatan bejalar tatap muka, meskipun wilayahnya masih berada di zona merah penularan Covid-19.
"Kami melihatnya, proses belajar mengajar secara langsung (tatap muka) sudah bisa dimungkinkan," kata Rahmat Effendi di Bekasi pada Rabu, 11 November 2020.
Indikatornya, menurut Rahmat, presentase warganya yang terpapar Covid 19 sangat kecil dibandingkan jumlah penduduk yang mencapai 2,4 juta jiwa.
Baca juga : Maklumat Wali Kota Bekasi Tak Diperpanjang, Jam Malam Tetap Berlaku
"Angka kematiannya rendah, kesembuhannya tinggi. Itu yang menjadi pertimbangan," kata Rahmat lagi.
Rahmat menyebut, secara kumulatif kasus Covid 19 di Kota Bekasi yang ditemukan sebanyak 7538 dengan angka kematian pasien 143 atau dua persen. Adapun kasus sembuh sebanyak 6.933 atau 93 persen, sementara sisanya 460 masih dalam perawatan atau isolasi mandiri.
"Kalau sekarang 7.538 kasus, melihatnya di angka 2,4 juta penduduk. Kita bisa mengendalikan," kata dia.
Ia menyebut, pengendalian penularan virus corona di Kota Bekasi berjalan dengan baik. Hal ini, menurut dia, tidak lepas dari upaya pemerintah yang menggelar tes secara masif dari kontak erat maupun secara acak.
"Infrastuktur juga lengkap, kemudian kami memutuskan tidak memperpanjang penggunaan hotel sebagai tempat isolasi, karena okupansinya rendah," kata Rahmat.
Pembukaan sekolah, kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, melihat kondisi pelajar di lapangan. Ia menyebut, kalangan menengah ke bawah terbebani masalah perekonomian. Mulai dari kebutuhan ponsel hingga kuota. Sementara kalangan menengah ke atas, kata dia, ada perubahan kebiasaan yang membuat pemahaman menjadi berkurang.
"Kami melihat kondisi anak-anak yang ada yang belajar melalui daring ini sangat tidak produktif," kata Rahmat Effendi.
Karena itu, ia pemerintah daerah akan bersurat kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayan supaya membolehkan sekolah menggelar sekolah tatap muka. Syaratnya infrastuktur tersedia dan wajib menjalankan 3 M.
ADI WARSONO