TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Sekolah SMAN 6 Depok Abdul Fatah membantah kabar mengenai pemilihan Ketua OSIS di sekolah itu yang harus diulang karena ada sentimen SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan).
Menurut Fatah, pemilihan harus diulang karena saat memilih terdapat masalah infrastruktur karena dilakukan secara daring atau online. "Jadi itu pemilihan online yang pertama, sistemnya ternyata tidak mereka (panitia) uji coba dulu. Sistem tidak bekerja dengan harapan, sehingga dilakukan pemilihan ulang," kata Fatah saat dikonfirmasi, Kamis, 12 November 2020.
Sebelumnya beredar kabar calon Ketua OSIS bernama Evan Clementine telah memenangkan pemilihan tersebut. Angka yang ia kumpulkan saat itu adalah 449 suara (43,55%) dari total 1.019 suara yang masuk.
Namun pemilihan harus diulang. Evan kemudian mengundurkan diri karena pengulangan tersebut. Lewat akun Instagram Evan, @evanlementine, ia mengunggah cuitan yang mengabarkan pengunduran dirinya tersebut. Alasannya, terdapat prinsip-prinsip yang tidak sesuai untuk melanjutkan proses pemilihan.
“Sebelumnya terimakasih kepada teman-teman, kakak kelas, alumni, bapak ibu guru atas semua dukungan doa, support bahkan membantu secara langsung baik dengan cara mempromosikan, mengorbankan waktu dan sumbangsih pemikirannya. Evan minta maaf kalau harus mengambil keputusan dengan berlapang dada dan ikhlas bahwa Evan harus mundur dari Pemilihan Calon Ketua OSIS SMAN 6 Depok Periode 2020-2021, karena terdapat prinsip-prinsip yang tidak sesuai untuk melakukan pemilihan ulang,” kata akun instagramnya yang diposting pada Kamis 12 November 2020.
Belum diketahui apa yang dimaksud dengan prinsip yang tak sesuai tersebut. Namun kabar yang beredar, pemilihan ulang dilakukan karena latar belakang Evan yang telah terpilih adalah non muslim.
Kepala Sekolah Abdul Fatah mengatakan tak ada sentimen agama dalam pengulangan pemilihan Ketua OSIS tersebut. Ia mengatakan hal ini karena murni kesalahan sistem.
"Dipastikan bukan karena itu (isu SARA), murni sistem yang diaplikasi online nya itu ada suatu kesalahan," ujar dia. Menurut dia, panitia dan guru akhirnya memutuskan untuk dilakukan pemilihan ulang secara off line.