TEMPO.CO, Bogor- Belasan anakan ular kobra meneror rumah warga yang juga pecinta reptil sekaligus Ketua Animal Education And Socialization atau Action, Rizky Maulana di Bojonggede, Kabupaten Bogor. Anakan kobra itu berdatangan ke rumahnya dan ditemukan dalam waktu sepekan terakhir. Hari pertama ditemukan ada lima ekor, hari berikutnya delapan ekor, dan dua ekor ditemukan di hari lainnya yang keluar dari dapurnya.
Rizky mengatakan teror ular kobra itu wajar. “Saat ini sudah memasuki musim menetas atau berbiaknya ular dan hewan reptil jenis lainnya,” kata dia melalui telepon, Senin, 16 November 2020.
Memasuki November dan Desember bahkan hingga Januari, memang musim ular menetas. Masa produksi indukan bertelur terjadi pada Juni atau Juli.
Setelah bertelur, ular akan meninggalkan telur-telurnya. Berbeda dengan jenis ular python, induk kobra tidak akan meninggalkan telur sampai menetas. "Anak kobra menyebar dari sarangnya, tapi tetap di area habitatnya," kata Rizky.
Jika di satu rumah warga diketemukan anakan kobra, artinya di wilayah rumah itu adalah habitat ular kobra.
Rizky mengatakan kobra yang berbisa akan mampu hidup berdampingan dengan manusia. Kobra dewasa tidak akan keluar sarang sebelum dia memastikan aman, berbeda dengan anakannya. "Mereka nyebar kemana pun selama itu dia anggap habitatnya, meski di permukiman manusia."
Dia memberi tahu istri dan anaknya agar berhati-hati dan waspada. Gua juga awalnya kaget dan takut karena di rumah ada anak-istri."
Menjaga kebersihan lingkungan itu penting. Ia menyarankan agar tidak membiarkan barang tak terpakai menumpuk dan bersihkan tempat yang sering didatangi tikus. "Ular itu predator tikus. Usahakan rumah bersih dan wangi."
Anakan ular yang ditangkapnya akan dievakuasi dan dikarantina. Jika membesar dan diprediksi bisa hidup di alam liar, akan dilepasliarkan ke habitatnya kembali. "Tapi habitat yang jauh lebih aman dari manusia."