TEMPO.CO, Jakarta - Manajer Kampanye Energi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dwi Sawung mengatakan, warga Jawa Barat paling banyak meminta advokasi agar pencemaran udara dihentikan. Hal ini disampaikan dalam sidang lanjutan gugatan pencemaran udara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Rabu, 18 November 2020.
Permintaan advokasi datang dari masyarakat di Indramayu, Bogor, Depok, Bekasi, Sukabumi, Cekungan Bandung, Cirebon, dan Karawang juga. Dalam keterangan tertulis Gerakan Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta atau Koalisi Ibukota dicantumkan sejumlah masalah yang timbul akibat udara kotor.
"Di Bekasi misalnya sampai hujan abu di permukiman rumahnya karena ada industri yang menggunakan bahan bakar batu bara untuk energinya," kata Dwi dalam keterangannya, Rabu, 18 November 2020.
Tak hanya itu, warga Cibinong juga mengalami asma kambuh hingga batuk-batuk. Musababnya, menurut dia, terdapat industri tekstil di Bogor yang memanfaatkan energi dari batu bara. Warga juga mengeluhkan keberadaan industri peleburan di sekitar Bogor.
Dwi memaparkan, dampak pencemaran udara juga dirasakan di wilayah Banten akibat beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya. "Aktivitas peleburan dan pengolahan bahan daur ulang dan PLTU Suralaya juga menjadi sumber pencemaran udara yang banyak dikeluhkan warga," jelas dia.