TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh masyarakat Kabupaten Lebak Agus Wisas menyarankan pemerintah melibatkan swasta untuk memasarkan dan mempromosikan Museum Multatuli dan wisata Baduy agar mendunia.
"Potensi Museum Multatuli dan Wisata Baduy menjadikan nilai budaya khasanah yang memiliki daya tarik tersendiri dan tidak ada di daerah-daerah lain di Indonesia, terkecuali di Lebak," kata Agus di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Kamis, 19 November 2020.
Baca Juga: Polda Banten Bongkar Sindikat Pembuat Madu Palsu Baduy
Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kabupaten Lebak tentu merasa bangga memiliki Museum Multatuli dan Wisata Baduy. Potensi museum dan wisata masyarakat Baduy mendunia, karena bisa dijadikan kajian penelitian kebudayaan.
Dimana Museum Multatuli terdapat kisah yang "menggegerkan" dunia dalam buku 'Max Havelaar' yakni Eduard Douwes Dekker atau Multatuli saat Pemerintah Hindia Belanda yang menjabat asisten residen Lebak 22 Januari sampai dengan April 1856 sangat iba melihat nasib buruk warga pribumi.
Penindasan yang dilakukan penjajah Belanda bertindak sewenang-wenang terhadap kaum bumi putra, mereka diperas oleh para mandor, para demang, dan para bupati.
Mereka keluarga para kuli tinggal di desa-desa sekitar perkebunan secara melarat dan ditindas dengan diperlakukan tidak manusia oleh para petugas pemerintah setempat.
Sejarah itu, kata dia, menjadikan bahan kajian dan penelitian karena sebagian besar wilayah Kabupaten Lebak terdapat kawasan perkebunan karet dan kopi. Bahkan, kualitas kopi asli Lebak terbaik, sehingga mereka penjajah dari Eropa masuk ke Lebak, katanya.
Menurut dia, pemerintah tentu harus berani melibatkan swasta untuk memasarkan dan mempromosikan Museum Multatuli dan Wisata Baduy agar mendunia.