TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono berpendapat bahwa pernyataan pemerintah DKI tentang belum atau telah terjadi klaster akibat kegiatan yang dihadiri pemimpin Front Pembela Islam Rizieq Shihab di Petamburan dan Tebet, perlu dibuktikan dengan pelacakan maksimal melalui tes swab. "Informasi yang disampaikan pemerintah baik pusat maupun daerah soal Covid-19 saya lihat politis,” kata Tri saat dihubungi, Kamis, 26 November 2020.
Saat ini, kata dia, seharusnya pemerintah berfokus pada pelacakan dan isolasi jika ditemukan kasus. Namun, pelacakan baru bisa dilakukan setelah ditemukan kasus.
Penemuan kasus bisa cepat dilakukan jika pemerintah DKI maksimal menganalisis temuan dan melacaknya. "Dari pelacakan kontak akan terlihat urutan penularannya."
Pernyataan Tri disampaikan sehubungan dengan Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Erizon Safari yang mengatakan belum menemukan kasus positif Covid-19 dari kegiatan akad nikah putri Rizieq Shihab sekaligus Maulid Nabi di Markas FPI, Petamburan, Jakarta Pusat, dua pekan lalu.
Erizon mengakui pemerintah DKI belum melakukan pelacakan (tracing) karena belum menemukan laporan kasus positif dari kegiatan itu. "Belum ada laporan positif dari kegiatan tersebut. Bagaimana mau tracing?" kata Erizon melalui pesan singkatnya, Rabu, 25 November 2020.
Erizon membantah informasi yang beredar bahwa telah terjadi klaster penularan Covid-19 dari kegiatan Maulid Nabi di Petamburan. Menurut dia, informasi yang beredar belum bisa dipertanggungjawabkan karena belum ditemukan kasus positif dari kegiatan itu.
"Emang sudah ada kluster di Petamburan? Epidemiolog UI saja bilang sampai saat ini tidak ada kluster itu."
Erizon meminta masyarakat tidak berasumsi terkait adanya klaster baru di Ibu Kota, akibat kegiatan Maulid Nabi kemarin. Sebab, kata dia, penambahan kasus saat ini tidak ada yang terindikasi berasal dari kerumunan tersebut. "Tracing kami berawal dari temuan kasus."
Akan halnya Tri mengatakan setiap kerumunan pasti berpotensi penularan Covid-19. Namun, pemerintah memang tidak bisa langsung menyatakan bahwa telah terjadi klaster dari kegiatan yang dihadiri Rizieq Shihab di Tebet dan Petamburan dengan hanya berbekal rapid test.
"Belum tentu juga yang diperiksa reaktif karena kontak di sana. Selama ini masih rapid test belum swab." Sehingga memang belum membuktikan.