TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menyarankan Pemerintah DKI tidak membuka sekolah tatap muka pada awal tahun depan. "Jakarta belum zona hijau. Sekolah yang dibuka harus di zona hijau," kata Tri saat dihubungi, Kamis, 26 November 2020.
Ia menuturkan Pemerintah DKI Jakarta bakal menghadapi risiko lebih tinggi jika sekolah dibuka saat pagebluk belum bisa dikendalikan. Pembukaan sekolah berisiko membuat guru hingga murid terpapar Covid-19. "Kalau zona orange pun, saya sarankan jangan dibuka. Lebih baik bersabar dan perbanyak tes dan isolasi temuan kasus."
Baca Juga: Alasan Pemerintah DKI Belum Putuskan Buka Sekolah Tatap Muka
Tri berharap pemerintah memikirkan dengan matang rencana pembukaan sekolah tahun depan. Menurut dia, sejauh ini sarana dan prasarana di Ibu Kota lebih baik untuk menggelar pembelajaran jarak jauh. "Pemerintah juga sudah menyiapkan jaringan internet. Lebih baik manfaatkan itu untuk sementara sampai DKI masuk zona hijau," ujarnya.
Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Jakarta Rita Hastuti mengatakan Dinas Pendidikan DKI Jakarta telah meminta seluruh sekolah bersiap untuk menggelar pembelajaran tatap muka mulai tahun depan. Sekolah diminta untuk mempersiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.
"Dinas Pendidikan meminta sekolah supaya menyiapkan diri (belajar tatap muka)," kata Rita melalui pesan singkat, Rabu, 25 November 2020.
Rita mengatakan sekolah masih menunggu edaran terkait rencana pembukaan belajar tatap muka tahun depan. SMAN 8, kata dia, sudah siap membuka sekolah tahun depan dengan protokol Covid-19.
"Tapi sebelumnya kami melakukan simulasi terlebih dahulu dengan membuka dua kelas," ujarnya. Adapun jumlah seluruh rombongan belajar di SMAN 8 sebanyak 28 kelas.
Selain itu, sekolah juga hanya membuka 50 persen dari kapasitas setiap kelas. Setiap kelas dalam keadaan normal terdapat 40 siswa. "Untuk memastikan jaga jarak bisa diterapkan, maka yang masuk sekolah setengahnya dulu atau 20 siswa maksimal. Tahap awal simulasi yang dibuka hanya dua kelas."
Sebagian siswa yang lainnya, kata dia, akan tetap belajar di rumah. Sekolah hanya akan memberikan kesempatan siswa belajar tatap muka jika diizinkan orang tua. "Kalau belum diizinkan maka tetap belajar di rumah," ujarnya.