TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Gerbang Betawi Ashari mengatakan posisi tawar masyarakat Betawi saat ini masih lemah di DKI Jakarta. Padahal warga Betawi merupakan masyarakat asli ibu kota negara RI ini.
"Masyarakat Betawi harus meningkatkan posisi tawarnya supaya semakin kuat secara ekonomi dan politik di Jakarta," kata Ashari saat menjadi pembicara kunci kuliah daring #2 Gerbang Betawi dengan topik Posisi Masyarakat Betawi: Budaya, Adat, dan Kemasyarakatan", Rabu, 2 Desember 2020.
Menurut dia, secara konstitusi, otonomi telah memberikan ruang bagi masyarakat Betawi untuk berinteraksi secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Otonomi tersebut harus mendorong terjadinya metamorfosa budaya dan interaksi agar berdampak pada kekuatan ekonomi, politik, dan kesukuan orang Betawi.
"Meski dalam praktiknya terdapat pengembangan kearifan lokal, hal ini tidak cukup sebatas simbol yang dapat ditemukan di kantor-kantor pemerintahan, baik dalam bentuk semboyan, pepatah, nyanyian, ataupun perayaan-perayaan yang bersifat seremonial," ujarnya.
Menurut dia, lebih jauh dari itu ke depan orang Betawi harus menguasai ekonomi dan politik tanpa harus melupakan nilai-nilai budaya Betawi, moral para leluhurnya, dan kebajikan yang sudah terbangun serta dijaga sebagai bentuk kekayaan warga Betawi sebagai masyarakat Jakarta.
Pengembangan kearifan lokal tersebut bertujuan untuk menjaga moral. Kebudayaan Betawi harus terus dijaga. "Namun upaya menjaga nilai-nilai Betawi itu sangat bergantung pada warganya dalam mempengaruhi kebijakan, seperti peraturan daerah, kekuatan ekonomi dan kemauan politik Betawi."
Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Beky Mardani, menambahkan masyarakat Betawi dengan nilai-nilai budayanya mampu menjadi perekat semua budaya di Jakarta. Fakta hari ini orang Betawi mengalami penurunan populasi sekitar 27 persen sehingga masyarakat Betawi yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya mencapai 20 persen.
Dengan data itu, orang Betawi harus melakukan penetrasi lebih masif di Jakarta. "Kurangnya orang Betawi mengisi jabatan-jabatan publik juga membuat kepentingan kaum Betawi kian melemah, sehingga makin sulit untuk orang Betawi mempengaruhi kebijakan yang berpihak pada Betawi," katanya.
Terkait keorganisasian, Beky mengapresiasi lahirnya organisasi Gerbang Betawi yang diprakarsai oleh kalangan intelektual dan kampus. Ia menyarankan Gerbang Betawi ini memiliki ciri khas sebagai kekuatan ekonomi dan politik orang Betawi.
Anggota Dewan Pakar Gerbang Betawi, Agus Suradika berharap Gerbang Betawi mampu melakukan metamorfosa budaya sebagai kekuatan ekonomi. Misalnya, Gerbang harus mampu menciptakan berbagai sentra oleh-oleh Betawi yang dapat mengubah kekuatan budaya menjadi kekuatan ekonomi.
"Dari Gerbang, diharapkan dapat melahirkan enterpreneur-enterpreneur muda Betawi," ucapnya.
Selain itu, menurut dia, Gerbang sebaiknya fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Betawi. Kalau sumber daya manusia Betawi maju, terutama ekonomi yang harus dikembangkan, maka secara otomatis budaya akan berkembang. "Budaya perlu ditopang oleh ekonomi," ujarnya.
IMAM HAMDI