TEMPO.CO, Jakarta - Pakar kesehatan masyarakat Prof. Hasbullah Thabrany mengatakan keputusan pemerintah memangkas cuti bersama sangat efektif mengurangi potensi lonjakan kasus Covid-19. Pemerintah mengurangi cuti bersama 3 hari, yaitu pada 28 hingga 30 Desember 2020.
"Bagus dan efektif untuk mengurangi jumlah kasus, tidak akan setinggi kalau tidak dikurangi," kata Hasbullah kepada ANTARA, di Jakarta, Jumat 4 Desember 2020.
Cuti bersama akan memberikan peluang bagi orang-orang untuk bepergian, berekreasi dan berkumpul. Oleh karena itu, cuti bersama di tengah pandemi Covid-19 ini seharusnya ditiadakan karena dapat meningkatkan potensi penularan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, yang bisa menyebar dengan sangat cepat.
Secara ekonomi, kata Hasbullah, cuti bersama yang bisa mendorong masyarakat untuk bepergian dan berekreasi memang baik. Akan tetapi potensi kerumunan yang muncul bisa berdampak terhadap kesehatan hingga membahayakan nyawa.
Pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia itu mengingatkan kepada semua pihak, termasuk masyarakat, untuk tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi atau golongan saja dan mengesampingkan protokol, karena kesehatan tidak bisa dikompromikan.
"Oleh karena itu, harus dijaga. Jangan cuma untuk kepentingan ekonomi. Kesehatan harus yang utama," kata dia.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melesat, Tower 4 Wisma Atlet Alih Fungsi Tampung Pasien Bergejala
Keputusan pemerintah untuk memangkas cuti bersama, menurutnya, sudah benar dan harus dipatuhi oleh seluruh kalangan masyarakat dengan tidak membuat peluang sekecil apapun untuk menimbulkan potensi penularan kasus Covid-19. "Kalau kesehatan yang utama, maka jangan buat peluang dengan banyaknya libur bersama yang menimbulkan peluang kerumunan. Itu yang penting," kata Hasbullah.