TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut pemerintah provinsi hingga kota harus memaksimalkan penerapan 3T dan 3M. Tujuannya untuk melandaikan angka reproduksi virus corona, sehingga vaksinasi efektif membentuk herd immunity.
"Perlu strategi 3T dan 3M yang memadai sebelum vaksinasi massal di setiap wilayah," kata dia saat dihubungi, Senin, 7 Desember 2020.
Baca Juga:Vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech Menunggu Persetujuan BPOM India
3T merupakan upaya untuk mengendalikan Covid-19 dengan melakukan testing (pengetesan), tracing (pelacakan), dan treatment (perawatan). Sementara 3M guna mencegah penularan virus dengan cara memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Dicky menyebut ada tiga faktor yang menentukan efektivitas vaksin Covid-19. Pertama, tutur dia, tentu vaksin yang siap diedarkan aman disuntikkan ke tubuh manusia.
Kedua, angka reproduksi virus rendah, yang menurut dia setidaknya di bawah dua. Ketiga, cakupan penduduk yang mau divaksin tinggi. Dia menuturkan, cakupan penduduk harus lebih dari 80 persen.
Dicky meyakini besarnya peluang keberhasilan vaksinasi Covid-19 setelah tiga kriteria itu terpenuhi. Dia pun menyarankan pemerintah memetakan wilayah-wilayah yang sudah memenuhi kriteria tersebut."Ini yang harus dilakukan mapping," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengumumkan 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac asal Cina tiba di Indonesia pada Minggu malam, 6 Desember 2020. Saat ini, uji klinis tahap 3 vaksin Sinovac masih berlangsung di Bandung oleh tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Jokowi mengatakan pemerintah masih akan mengupayakan untuk mendatangkan 1,8 juta dosis vaksin jadi lainnya pada Januari 2021. Di samping vaksin jadi, pemerintah juga berencana mendatangkan vaksin dalam bentuk bahan baku curah sebanyak 15 juta dosis pada bulan ini dan 30 juta dosis di 2021.
LANI DIANA | DEWI NURITA