TEMPO.CO, Jakarta - Dirut PD PAM Jaya Priyatno Bambang Hernowo menyatakan perlu dana investasi Rp 27-28 triliun untuk menyalurkan air bersih bagi seluruh warga Jakarta. Suntikan dana akan digunakan untuk membangun pipa dan jaringan distribusinya.
"Yang paling besar untuk bangun jaringan distribusinya. Jadi kalau kami membangun pipa Rp 2 triliun, maka jaringannya butuh Rp 10 triliun," kata dia dalam diskusi virtual, Rabu, 23 Desember 2020.
PAM Jaya juga berupaya menurunkan tingkat kehilangan air atau non revenue water (NRW) dari 44 persen menjadi 26 persen. Selain menambah kapasitas air, perlu ada penurunan tingkat kebocoran agar bisa memasok air bersih hingga 100 persen.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) itu juga berencana membangun sistem penyediaan air minum (SPAM) komunal guna menambah pasokan air baku dan air curah yang bersumber dari Jakarta. Ada lima SPAM, yaitu Hutan Kota, Pesanggrahan, Ciliwung, Mookevart, dan Jatiluhur.
Selain itu, PAM Jaya pun harus memikirkan bagaimana jaringan perpipaan dapat tertanam baik sesuai dengan kondisi utilitas dan infrastruktu eksisting.
Bambang menyadari kemampuan fiskal DKI yang terkontraksi akibat pandemi Covid-19 mendorong PAM Jaya harus mencari sumber pendapatan lain di luar penyertaan modal daerah (PMD).
"Kami harus mencari sumber pendanaan secara kreatif untuk kami bisa mencapai 100 persen cakupan layanan," ucap dia.
Baca juga: PAM Jaya Ungkap DKI Ketergantungan Air Baku dan Air Curah dari Daerah Lain
Pada saat ini PAM Jaya baru menyalurkan air bersih bagi 65 persen warga Jakarta. Kapasitas air di Ibu Kota kini mencapai 20.227,5 liter per second (lps) dengan panjang pipa 11.916 kilometer. Sementara total pelanggan PAM Jaya per Oktober 2020 sebanyak 888.342.