TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah wisatawan di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat menurun pada libur Natal dan Tahun Baru kali ini. Penurunan sebesar 60-70 persen dari libur yang sama tahun sebelumnya.
Penyebab turunnya angka wisatawan ini selain karena masih suasana pandemi, juga adanya kebijakan untuk menunjukkan hasil rapid test antigen saat akan memasuki kawasan Puncak.
"Sampai sore ini hanya 40 persen yang masuk, jika dibanding dengan libur Natal tahun lalu," kata Julius Suprihardo, Humas Taman Safari Indonesia kepada Tempo, Jumat 25 Desember 2020.
Julius mengatakan sepinya lokasi wisata di Puncak, bisa diketahui dari lengangnya jalur atau jalan menuju Puncak. Sebab, menurut Julius, libur Nataru apalagi berada di long weekend biasanya antrian kendaraan yang mengular itu terjadi sejak dari Gadog, Cipayung, Cisarua hingga Gunung Mas. Namun kali ini terpantau sepi. "Tahun lalu, jangankan mobil, motor aja susah lewat. Artinya ini berdampak pula pada kunjungan warga ke tempat wisata," kata Julius.
Pedagang oleh-oleh dan pakan ternak di jalur menuju Taman Safari, Jajang, 42 tahun, mengatakan penjualannya mengalami penurunan yang drastis.
Bahkan menurut Jajang, pedagang yang biasanya menjajakan pakan ternak memilih tutup karena saking sepinya pembeli. "Ada pun mobil yang lewat juga bisa kehitung, biasanya kan rame dan mengantri. Ini mah kaya hari biasa aja, gak rame-rame amat," kata Jajang.
Wakil ketua II Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Kabupaten Bogor, Boboy Ruswanto, mengatakan banyak pengelola yang mengaku kecewa terhadap kebijakan kewajiban membawa hasil rapid antigen ini karena berdampak pada okupansi hotel dan juga kunjungan tamu ke restoran.
"Aturan rapid antigen ini cukup berpengaruh pada bookingan, tapi kita optimistis pengunjung tetap memanfaatkan liburannya dengan menginap di hotel," kata Boboy.