TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, pihaknya melibatkan antropolog dan sejarawan dalam mencari solusi kemacetan di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurut dia, masalah kemacetan di Puncak tak bisa hanya diselesaikan dari aspek transportasi.
"Berdasarkan suatu kajian bahwa apabila ada suatu persoalan yang begitu rumit seperti kemacetan di Puncak, maka antropolog dan sejarawan harus bicara atau dilibatkan untuk menyelesaikan," kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 29 Desember 2020.
Baca juga: Atasi Macet Puncak Bogor, Pemerintah Siapkan Rest Area di Gunung Mas pada 2021
Budi menuturkan persoalan transportasi di Puncak merupakan puncak gunung es dari kemacetan yang selama ini terjadi. Pemerintah, lanjut dia, juga telah merekayasa lalu lintas, seperti buka-tutup jalan dan sistem satu arah.
Solusi tersebut bersifat jangka pendek. Dia berujar, pemerintah tetap ingin melakukan upaya yang lebih komprehensif. Karena itulah, Kementerian Perhubungan juga menyiapkan rencana jangka panjang, salah satunya menyubsidi pelayanan angkutan jalan melalui skema buy the service (BTS).
"Kami ingin ada langkah yang lebih komprehensif, di satu sisi bisa berikan layanan tetapi di satu sisi bisa berikan solusi," jelas dia.
Hari ini Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menggelar diskusi virtual guna menggali solusi persoalan kemacetan kawasan puncak dari pelbagai sisi. Diskusi tersebut menghadirkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebagai pembicara kunci.
Kemudian diskusi berlanjut dengan pemaparan dari Kepala BPTJ Polana B. Pramesti, Kepala Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bappedalitbang Kabupaten Bogor Danni Rachmat, sejarawan JJ. Rizal, antropolog Aris Arif Mundayat, dan pengamat transportasi Darmaningtyas.