TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut perjalanan penanganan pandemi masih panjang meski vaksin Covid-19 sudah ditemukan. Sebab, diperlukan waktu untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit infeksi atau disebut herd immunity.
"Untuk mencapai herd immunity jangankan setengah tahun, satu tahun pun tidak akan cukup," kata dia saat dihubungi, Rabu, 6 Januari 2021.
Dicky menyoroti belum adanya data efikasi vaksin Covid-19. Efikasi ini yang menunjukkan seberapa besar penurunan kasus setelah disuntik vaksin.
Karena itu, dia melanjutkan, tidak dapat diprediksi seberapa besar vaksin dapat memutus penularan atau mengurangi potensi penularan.
"Itulah sebabnya kenapa vaksinasi tidak bisa menjadi andalan," ucap dia.
Dia menyampaikan proses vaksinasi juga harus disertai dengan tetap menerapkan 3T dan 5M. 3T merupakan upaya menanggulangi pandemi Covid-19 dengan melakukan tracing (pelacakan), testing (pengetesan), dan treatment (perawatan).
Sementara 5M adalah cara mencegah penularan virus corona, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut, vaksinasi rencananya dimulai pada pekan kedua bulan ini. Pemerintah DKI telah menerima 39.200 dosis vaksin Covid-19.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM, Penny K Lukito, mengatakan vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech belum boleh disuntikkan hingga keluar izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization dari lembaganya.
"EUA masih berproses, tapi vaksin sudah diberikan izin khusus untuk didistribusikan karena membutuhkan waktu untuk sampai ke seluruh daerah target di Indonesia," kata Penny kepada wartawan di Jakarta, Senin, 4 Januari 2021.