TEMPO.CO, Tangerang- Keluarga penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu hingga Ahad siang, 10 Januari 2021, terus mendatangi Posko Crisis Center Terminal 2 D Bandara Soekarno-Hatta. Puluhan keluarga korban duduk di ruang tunggu dalam Posko untuk pendataan dan mendapatkan informasi. Ada yang menangis, ada juga yang hanya duduk terpaku diam.
Posko Crisis Center Sriwijaya Air SJ 182 yang mulai dioperasikan Sabtu sore, 9 Januari 2021, terbatas bagi petugas dan keluarga korban saja. Posko ini dijaga ketat aparat kepolisian maupun petugas Avsec Bandara Soekarno-Hatta.
Salah satu keluarga korban Sriwijaya Air tujuan Jakarta-Pontianak, Naina, mengaku mereka hanya didata dan disuruh menunggu informasi selanjutnya. "Kami diminta menyampaikan ciri ciri penumpang termasuk pakaian yang dikenakan saat naik pesawat," ujar Naina, adik kandung penumpang Rahmania.
Keluarga penumpang yang ada di dalam posko diminta menunggu informasi selanjutnya.
Naina mengatakan kakaknya Rahmania terbang dari Bandara Soekarno-Hatta hendak pulang ke Pontianak. Dia sedang berada di Bali saat mendapat kabar pesawat Sriwijaya Air yang ditumpangi kakaknya hilang kontak Sabtu petang. "Saya langsung terbang dari Bali dan datang ke sini."
Naina berharap kakaknya dan penumpang yang lain bisa segera ditemukan. "Semua prosesnya dilancarkan." Dia juga meminta agar masyarakat tidak menyebar atau mengunggah kondisi korban di media sosial.
Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa pesawat Sriwijaya SJY 182 take off dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pontianak pada pukul 14.36 WIB. Pada pukul 14.37 WIB melewati 1700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta Approach. Pesawat diizinkan naik ke ketinggian 29 ribu kaki dengan mengikuti Standard Instrument Departure.
Pukul 14.40 WIB, Jakarta Approach melihat pesawat Sriwijaya Air tidak ke arah 075 derajat melainkan ke Barat Laut (North West), oleh karenanya ditanya oleh ATC untuk melaporkan arah pesawat. Peswat diyakini jatuh di perairan antara Pulang Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Tidak lama kemudian, dalam hitungan detik, pesawat hilang dari radar. Manajer operasi langsung berkoordinasi dengan Basarnas, Bandara tujuan, dan instansi terkait lainnya.
Penumpang pesawat sebanyak 50 orang yang terdiri dari 40 dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi. Sebanyak 12 orang lainnya adalah kru pesawat yang terdiri dari 6 kru aktif dan 6 ekstra kru.