Tempo.co, Bekasi - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, banjir disebabkan hujan lokal karena lahan untuk resapan air sudah berkurang drastis. Lahan itu kini banyak berubah menjadi permukiman penduduk dan pembangunan lainnya.
"Intensitas hujan ekstrim, volumenya segitu-segitu aja sebenarnya. Yang menjadi persoalan adalah akibat pemanfaatan ruang," kata Rahmat Effendi di Bekasi, Senin, 22 Februari 2021.
Rahmat menyebut, perumahan yang dibangun pada era 80-an sebagian besar berada di lahan persawahan atau rawa. Lokasi itu sebelumnya merupakan resapan air. Soalnya, elevasi atau tingkat kemiringan permukaan tanah di Bekasi dengan laut hanya 29 meter. Sehingga, air cenderung berhenti titik-titik cekungan yang sekarang menjadi perumahan.
Ia mencontohkan banjir di sepanjang aliran Kali Cakung. Hulunya di Jatisampurna sedangkan hilirnya di Kanal Banjir Timur (KBT). Sejumlah perumahan yang diterjang banjir pada Ahad kemarin mulai dari Bumi Nasio, Dosen IKIP, sampai ke Medansatria atau titik hilir di KBT.
Baca juga: Banjir Kepung Kota Bekasi Lagi Pagi Ini: Menyebar di 76 Titik
"Yang bisa kami selesaikan adalah merevitalisasi saluran-saluran yang ada, tanggulnya," kata Rahmat yang menyebut aliran Kali Cakung akan dijadikan role model penanganan banjir.
Selain itu, kata dia, mengganti tangkapan-tangkapan air yang sudah beralih fungsi. Sayangnya, menurut dia, untuk membangun itu terkendala ketersediaan lahan, jika pun mengadakan dibutuhkan dana yang besar. Karena itu, sementara pemerintah memanfaatkan lahan yang ada.
"Ini baru satu kali, di Kota Bekasi ada delapan kali," kata Rahmat yang menyebut masalah yang sama.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi mencatat sebaran banjir pada akhir pekan lalu di 125 titik. Selain disebabkan hujan lokal, juga dikarenakan meluapnya Kali Bekasi akibat kiriman dari Bogor.
ADI WARSONO