Menurut Prasetio, komputer jinjing tersebut merupakan aset negara yang perlu dijaga kerahasiaannya mengingat kerja sama pembangunan MRT yang dijalin Indonesia-Jepang.
Jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, kata dia, bukan tidak mungkin dunia akan menyoroti buruknya pengendalian pengawasan pembangunan dan operasional MRT di Jakarta.
"Kenapa tidak dilaporkan ke Polisi? Itu barang negara. Negara dirugikan. Kalau katanya sudah diganti, mengganti memang gampang, tapi pertanggungjawaban kita bagaimana? Saya minta pertanggungjawaban, laporkan ke polisi, dan saya minta bukti pelaporan," kata Prasetio.
Dalam kesempatan itu, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta Muhammad Effendi mengakui sistem pengamanan di kantor Depo MRT pada saat itu memang belum memadai.
"Jadi itu sudah lama sekali sejak 2018. Seingat saya, mungkin waktu itu pengamanan kami tidak sebaik sekarang, jadi itu kehilangan di kantor Depo. Kita sudah berusaha cari, dan saat itu kita belum ada CCTV. Yang kami lakukan saat itu adalah mengganti," ucapnya.
Baca juga: MRT Jakarta Ubah Jam Operasional Selama PPKM Mikro Mulai Hari Ini
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan akan segera melaporkan kejadian pencurian laptop berisi data penting kereta tersebut ke pihak Polda Metro Jaya secepatnya. "Siap, secepatnya akan kita buat laporan," ujarnya.