TEMPO.CO, Depok - Hari ini tepat setahun Covid-19 melanda Indonesia. Saat itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan pasien Covid-19 nomor satu asal Kota Depok, Sita Tyasutami.
Selain Sita, ada Maria Darmaningsih sebagai pasien 02. Maria adalah ibu dari Sita. Seorang lagi yang merupakan pasien 03 Ratri Anindyajati yang juga anak dari Maria.
"Kaget aja ya, karena kami yang pertama, (apalagi) kami sebagai pasien tidak diberi tahu apa-apa, tiba-tiba ada pengumuman (pasien Covid-19 02),” kata Maria menceritakan pengalamannya, Selasa 2 Maret 2021.
Maria mengaku, saat itu ia merasakan tubuhnya demam tinggi hingga mencapai 39 derajat celsius, diiringi dengan batuk-batuk disertai sesak nafas, hingga akhirnya diputuskan untuk dilarikan ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso.
Baca juga: Setahun Pandemi, Wagub DKI Sebut Pemprov Bisa Kendalikan Covid-19
“Saya juga sempat pingsan sekali aja waktu itu di kamar mandi, mungkin karena oksigennya kurang,” kata Maria.
Selama 14 hari, Maria dan kedua anaknya diisolasi di rumah sakit tersebut. Mulai dari obat batuk, vitamin dan antibiotik diberikan kepada ketiganya. “Setiap hari di pagi hari pun saya di swab, ya mungkin karena kasus pertama ya, belum heboh juga di sana (di Rumah Sakit), satu ruangan satu pasien,” kata Maria.
Maria dan kedua anaknya pun dinyatakan sembuh pada 16 Maret 2020. Saat itu ketiganya sudah bisa langsung beraktivitas normal, namun anak pertamanya Sita Tyasutami (Pasien 01) masih harus menerima serangan psikologis karena di-bully setiap kasus Covid-19 meningkat tajam di Indonesia.
“Kalau saya sih setelah keluar sehat aja, kalau anak saya paling yang pertama itu karena suka di-bully, setiap Covid naik di-bully, agak lama penyembuhannya, utamanya terhadap psikologisnya,” kata Maria.
Maria mengakui, bukan hanya keluarganya yang dibuat kaget dengan kehadiran virus tersebut, seluruh masyarakat Indonesia pun seolah dibuat kaget, karena belum ada penanganan secara khusus virus tersebut. “Bikin heboh seluruh Indonesia dong tentunya," kata Maria.
Bahkan, Maria melanjutkan, karena dahsyatnya virus tersebut, sesaat setelah ia dan anaknya dinyatakan positif Covid-19, terdapat pemberitahuan di lingkungan rumahnya bahwa warga yang saat itu sempat berinteraksi dengan keluarganya diminta untuk berdiam di rumah. Keadaan saat itu seolah genting.
"Dulu heboh banget, luar biasa hebohnya. Orang-orang yang satu kompleks dengan saya saat itu disuruh pulang, yang kerja dan sekolah disuruh pulang dan nggak boleh kerja atau sekolah lagi," kata Maria.
Kepanikan ditambah lagi, setelah dinyatakan positif Covid-19, pada hari yang sama di malam harinya, beberapa kendaraan taktis milik Brimob Mabes Polri mendatangi kompleksnya dan menyemprotkan cairan disinfektan di seluruh komplek rumahnya di Studio Alam Indah, Sukmajaya, Kota Depok.
Maria pun tidak menyangka kepanikan itu berlanjut hingga hari ini tepatnya sudah setahun Covid-19 berjalan. Serangan virus ini pun tak kunjung mereda bahkan semakin melonjak tinggi. “Kita bisa melakukan apa sih, yang penting kan kita, harus melindungi diri dan keluarga, protokol kesehatan itu harus dilaksanakan, nggak ada pilihan. Ini adalah transisi kehidupan yang luar biasa buat bumi kita,” kata Maria.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA