"Setiap hari telepon Gubernur, telepon Wagub, telepon wali kota sampai menghubungi kelurahan semua puskesmas, rumah sakit. Masyarakat antusias."
Bahkan sebagian warga tidak sabar untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Padahal DKI masih memiliki keterbatasan dalam pelayanan meski memiliki lebih dari 500 fasilitas kesehatan untuk melakukan vaksinasi.
"Artinya keinginan warga untuk itu jauh lebih tinggi daripada kemampuan kami menyiapkan vaksin, menyiapkan tenaga sarana dan prasarana. Jauh lebih tinggi karena warga Jakarta kan hampir 11 juta, seluruh Indonesia 267 juta," ujarnya.
Hasil survei SMRC itu menunjukkan penolakan vaksinasi juga banyak ditemukan di Jawa Timur dengan 32 persen, lalu Banten 31 persen. Persentase terendah penolakan vaksin Covid-19 ditemukan di Jawa Tengah, yakni 20 persen.
“Ini temuan yang mengkhawatirkan, mengingat DKI adalah daerah yang yang memiliki tingkat penyebaran Covid-19 tertinggi di Indonesia,” ujar Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, lewat keterangan tertulis pada Selasa, 23 Maret 2021.
Survei yang mencakup semua provinsi di Indonesia ini dilakukan pada 28 Februari 2021 - 8 Maret 2021 dengan metode wawancara tatap muka. Survei melibatkan 1220 responden yang dipilih secara acak, dengan margin of error 3,07 persen.
Baca juga: Sekda DKI Sebut Lansia Antusias Ikut Vaksinasi Covid-19: Terima Kasih Pak RT, RW
Menurut Deni, tingginya tingkat penolakan terhadap vaksinasi Covid-19 di DKI Jakarta tampaknya sejalan dengan persepsi tentang keamanan vaksin. Di DKI Jakarta, sebagaimana juga di Sumatera, persentase warga yang tidak percaya bahwa vaksin dari pemerintah aman mencapai 31 persen. Di sisi lain, hanya 19 persen warga Jawa Tengah yang tidak percaya vaksin dari pemerintah aman.