TEMPO.CO, Bekasi - Dinas Pendidikan Kota Bekasi akan menambah kapasitas rombongan belajar atau kelas di sekolah yang sudah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Jika sekarang maksimal hanya tiga kelas, nanti akan ditambah menjadi enam kelas dengan kapasitas 18 siswa setiap kelas.
"Saat awal ada tiga rombel dan akan kami tambah menjadi 6 rombel," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi Inayatullah di Bekasi, Selasa, 6 April 2021.
Penambahan kapasitas ini merupakan hasil evaluasi pembelajaran tatap muka di sekolah selama dua pekan. Ada 110 sekolah, baik tingkat dasar atau menengah pertama. Selama pelaksanaan sekolah tatap muka, protokol kesehatan berjalan dengan maksimal, serta tidak ditemukan kasus baru.
Selain menambah jumlah rombongan belajar, jumlah sekolah yang dibuka berpotensi ditambah. Sudah ada 71 sekolah yang mengajukan permohonan menggelar pembelajaran tatap muka. Antara lain 43 SMP dan 28 SD baik swasta maupun negeri.
"Sekolah-sekolah ini akan ditinjau oleh pengawas dan akan kami buat penetapan lagi," kata Inay.
Dinas Pendidikan Kota Bekasi telah membentuk tim yang bertugas mengkaji standar penerapan protokol kesehatan di sekolah dan syarat yang perlu dipenuhi oleh setiap sekolah. Di setiap satuan pendidikan, kata dia, juga telah dibentuk Satgas Covid-19 sekolah.
Inayatullah juga mengungkapkan keberhasilan pelaksanaan ATHB- SP tidak terlepas dari tingginya kedisiplinan satuan pendidikan, dan selalu berkoordinasi degan orang tua, komite sekolah dalam mensosialisasikan protokol kesehatan kepada para peserta didik saat mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Baca juga: Besok Sekolah Tatap Muka. Epidemiolog: Uji Coba Kok Orang dengan Penyakit
Penambahan kapasitas rombongan belajar di sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran tatap muka ini juga dipengaruhi kondisi penularan Covid-19 di Bekasi. Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengklaim 96 persen wilayahnya sudah berada di zona hijau. Dari 7086 RT, kata dia, hanya 340 yang masih zona kuning, sementara zona merah tidak ada. " 96 persen lebih RT kita sudah hujau. Bed occupancy ratio (BOR) 52 persen. Jauh di bawah standar WHO," kata Rahmat Effendi.
ADI WARSONO