TEMPO.CO, Jakarta - Warga Jakarta Timur kumpulkan 24 ribu liter jelantah pada Maret. Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur, Herwansyah mengatakan 98 persen masyarakat DKI Jakarta masih membuang minyak jelantah rumah tangga sembarangan.
"Tentunya hal tersebut berdampak pada pencemaran lingkungan, masalah kesehatan, serta rusaknya infrastruktur akibat minyak yang menggumpal," kata Herwansyah dalam keterangan tertulis, Kamis, 8 April 2021.
Berdasarkan masalah di atas, menurutnya, perlu menggandeng berbagai pihak dalam aktivitas pengendalian limbah cair ini. Banyak lembaga yang sudah berkontribusi di DKI, diantaranya T.CARE yang sudah andil dalam pengendalian limbah di Jakarta Timur, selama lebih kurang 8 bulan terakhir.
Di Bulan Maret sendiri, sejumlah 24.537,5 liter jelantah dikelola oleh T.CARE. Ini merupakan capaian terbesar lembaga sosial pengumpul jelantah di DKI Jakarta.
"Bisa dibayangkan, apabila 24 ribu liter jelantah ini dibuang sembarangan begitu saja, betapa besar resiko pencemaran lingkungan yang akan kita alami," ujar Herwansyah.
Dia mengatakan masyarakat perlu diedukasi untuk peduli lingkungan, di samping mendapatkan program pemberdayaan dan sosial.
Dia menuturkan minyak jelantah sendiri sebetulnya memiliki nilai ekonomis, diantaranya dapat di ekspor untuk dikonversi menjadi biodiessel. Karenanya, di DKI Jakarta sendiri banyak bermunculan aktivitas pengumpulan minyak jelantah, baik dengan latar belakang bisnis, maupun sosial.
HENDARTYO HANGGI
Baca: Bahaya Mengintai Jika Rutin Menggunakan Minyak Jelantah