TEMPO.CO, Bogor – Pemerintah Kota Bogor akan mengkarantina pemudik ke lolos Kota Bogor pada masa larangan mudik diberlakukan 6-17 Mei 2021. Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengatakan pemerintah mewajibkan pendatang yang pulang kampung ke wilayahnya untuk karantina mandiri, terutama bila datang dari daerah zona merah Covid-19.
Pemudik ke Kota Bogor wajib karantina mandiri sebelum bertemu banyak orang. “Harus memastikan bahwa dirinya sehat, tidak ada virus. Maka wajib karantina dulu, sebelum ketemu keluarganya, salaman atau pelukan,” kata Dedie di Bogor, Jumat 9 April 2021.
Dedie mengatakan karantina tersebut untuk meminimalisir penularan di Kota Bogor, karena bisa saja pendatang atau pemudik yang lolos dari penyekatan itu terpapar virus corona di perjalanan. Penularan bisa terjadi baik di kendaraan umum, atau fasilitas umum saat sedang perjalanan menuju Kota Bogor.
Dedie menyebut, jangan sampai pendatang tersebut hanya datang saja tanpa memperhatikan kesehatan dirinya dan orang yang ada di sekitarnya.
“Jauh dari itu, kita berharap warga mematuhi aturan pemerintah, yakni tidak melakukan mudik. Jadi, tingkat risiko penularan itu akan rendah,” ucap Dedie.
Untuk memastikan pendatang atau pemudik yang lolos ke Kota Bogor melakukan karantina, Dedie akan mengoptimalkan peranan RW siaga. Menurut Ketua Satgas Covid-19 Kota Bogor itu, peran warga sangat penting dalam menjaga stabilitas dan penularan tak terduga di wilayah mikro.
Dedie meminta warga setempat bersama RW Siaga Corona harus sigap. Jika ada pendatang yang baru tiba dari daerah lain, RW Siaga Corona harus bisa memastikan orang tersebut melakukan karantina kesehatan terlebih dahulu hingga bisa dikatakan dirinya sehat.
“RW dan Polisi Siaga, serta warga nanti yang memantau dan memonitoring yang lolos mudik itu,” kata Dedie.
Baca juga: Larangan Mudik, DKI Berlakukan SIKM untuk Masyarakat Umum
Dengan pemberlakuan larangan mudik, Dedie mengatakan penanganan Covid-19 akan efektif. Jika penularan Covid-19 bisa ditekan dan status Kota Bogor bisa masuk zona hijau, kegiatan lain seperti sekolah bisa dilakukan secara tatap muka. "Perlahan kehidupan pun bisa kembali normal, tentunya dengan pembatasan dan perhatian terhadap protokol kesehatan,” ujarnya.
M.A MURTADHO