TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan tugu sepeda di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat menuai kritik dari berbagai pihak. Tugu senilai Rp 800 juta itu dinilai tak diperlukan.
Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Gilbert Simanjuntak mengatakan, tugu seharusnya dibangun untuk menghormati seseorang yang legendaris. "Apa yang legendaris dari sepeda? Malah justru selalu minta diprioritaskan dan mengambil anggaran dari APBD. Bukan meringankan malah membebani," kata Gilbert.
Kritik juga datang dari mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim. Lewat akun Twitter resminya @emilsalim2010, ia mempertanyakan urgensi pembangunan tugu itu.
"Mengapa uang tidak diutaman pendidikan ketimbang patung," ujar Guru Besar Emeritus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia itu.
Baca juga: DKI Bangun Tugu Sepeda, Wagub Berharap Jadi Ikon Jakarta Tempat Selfie Milenial
Wakil Gubernur atau Wagub DKI Riza Patria sebelumnya mengatakan, pembangunan tugu sepeda itu menggunakan dana swasta.
Tugu ini dibangun dengan bentuk sebuah ban sepeda raksasa. Ini adalah bagian dari proyek 11 jalur sepeda permanen yang akan dibangun di kawasan sama. Total pembangunan tugu sepeda dan jalur sepeda itu akan menelan biaya Rp 28 miliar.
Adapun dana itu diambil dari kompensasi pihak swasta yang mendirikan bangunan di Ibu Kota. "Dana dari KLB (koefisien lantai bangunan)," kata Riza.
Menanggapi kritik Emil Salim, Riza mengatakan, Jakarta sudah menganggarkan untuk pendidikan. "Semua kan ada alokasinya, pendidikan, sosial, kesehatan, olahraga, agama, semua dialokasikan," ujar dia.
Riza meyakini jika tugu sepeda ini akan menjadi ikon baru di Ibu Kota yang akan menarik perhatian milenial. "Nanti jadinya akan baik, cantik, menarik, dan menjadi ikon di Jakarta, tempat selfie teman milenial," ujar dia, Jumat, 9 April 2021.
ADAM PRIREZA/LANI DIANA