TEMPO.CO, Jakarta - Pegiat Lingkungan dan Adaptasi Perubahan Iklim Ari Mochamad mengapresiasi yang disampaikan Gubernur DKI Anies Baswedan dalam dialog antara pemimpin yang tergabung dalam C40 Cities.
Dalam dialog itu, Anies meminta PBB dapat mendorong negara-negara untuk mengakui pencapaian aksi iklim yang dilakukan pada tingkat kota dan itu perlu dihitung sebagai bagian dari National Determined Contribution (NDC) dari aksi iklim.
"Kota memang harus diikutsertakan dalam aksi mengatasi perubahan iklim sebagai bagian dari komitmen negara," kata Ari saat dihubungi, Ahad, 18 April 2021.
Menurut Country Director International Council for Local Environmental Inniative (ICLEI)-Local Government for Sustainability itu, suatu kota mempunyai peranan dalam menanggulangi upaya perubahan iklim. Sebab, kota lah yang mempunyai aksi mitigasi. "Karena mereka yang terdampak."
Dalam perkembangannya, kata dia, mereka melihat bahwa kebijakan kota tidak bisa sebatas hanya dalam komitmennya C40 Cities saja. Sebab dampak perubahan iklim terhadap frekuensi dan intensitas bencana sudah semakin meningkat, dan dirasakan semua kota di dunia
Tingginya intensitas bencana itu pun pada akhirnya mengancam target hingga capaian pembangunan kota yang sudah direncanakan. "Jadi bagaimana dampak perubahan iklim ini sudah harus disikapi serius oleh kota karena mengancam target daerah yang sudah direncanakan."
Kemudian yang juga menjadi perhatian bahwa kota 70 persen sebagai kontributor yang menyumbang emisi gas rumah kaca. Hal itu dipengaruhi dari kegiatan konsumsi, ekonomi hingga sosial warganya. Sehingga kota harus menjadi sentra terdepan dalam membangun konteks adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim ini.
Menurut dia, komitmen DKI dalam menghadapi dan menanggulangi dampak perubahan ini memang sudah tinggi. Namun dalam perspektif yang lebih luas dalam suatu negara belum terlihat seluruhnya. "Kita kan memiliki 554 kabupaten/kota, nah itu yang perlu dilihat. Karena kapasitas yang ada baru kota-kota besar."
Lebih jauh dalam dialog C40 Cities kemarin, para pemimpin kota di dunia termasuk Anies di dalamnya sudah mempunyai perhatian dan menyadari bahwa peran kota penting dalam menghadapi perubahan iklim saat ini.
Namun, menurut dia, seluruh kota di dunia mempunyai tantangan dalam menghadapi perubahan iklan ini. Terutama Anies yang menargetkan bebas emisi di Jakarta pada tahun 2050. "Itu hal Positif. Tapi tantangan kemudian adalah masalah vertical integration. Persoalan multi governance nya antara daerah dan pusat."
Adapun dalam dialog C40 Cities, Anies mengusulkan agar PBB ambil peran lebih yang besar untuk membantu kota-kota di dunia dalam 3 aspek yaitu:
Pertama, PBB dapat mendorong negara-negara untuk mengakui pencapaian aksi iklim yang dilakukan pada tingkat kota dan itu perlu dihitung sebagai bagian dari National Determined Contribution (NDC) dari aksi iklim.
Kedua, PBB juga perlu secara organisasional mendorong terjadinya integrasi vertikal dan horizontal pada tingkat aksi serta kebijakan.
Ketiga, dalam rangka menuju COP 26, PBB perlu mendukung negara-negara untuk mengembangkan arsitektur dan struktur pendanaan yang komprehensif, untuk dieksekusi pada level lokal.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyambut tiga usulan Anies Baswedan. Gutteres menyatakan setuju sepenuhnya dan siap menindaklanjuti usulan Anies. Menurut Gutteres, hal-hal yang diusulkan sangat mungkin dikerjakan oleh PBB sehingga dukungan ini bukan sekadar wacana melainkan dapat diterjemahkan ke dalam program-program dari tingkat pusat hingga lokal.
Baca juga: Dialog C40Cities dengan Sekjen PBB, Anies Baswedan Ajukan 3 Usulan
IMAM HAMDI