Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono melihat sikap mahasiswa dan dosen di kampusnya yang belum mau memulai belajar tatap muka adalah suatu kewajaran. "Saya juga akan menjawab seperti. Apalagi pandemi di Indonesia penanganan tidak pernah beres," kata Tri saat dihubungi, Rabu, 21 April 2021.
Mayoritas dosen dan mahasiswa Universitas Indonesia tidak lagi menginginkan belajar tatap muka secara penuh setelah setahun belajar daring. Hal itu terungkap dalam hasil survei kesiapan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di lingkungan UI.
Dari total responden mahasiswa UI sebanyak 18.923 orang, yang memilih opsi kegiatan belajar mengajar Bauran sebanyak 9.083 (48 persen), kegiatan belajar mengajar daring penuh sebanyak 5.298 (28 persen) dan yang memilih pembelajaran tatap muka penuh hanya 4.542 (24 persen).
Menurut dia, kegiatan belajar mengajar secara penuh tatap muka sangat berisiko terhadap penularan Covid-19. Sebabnya hingga hari ini penanganan wabah belum bisa dikendalikan.
Proses kegiatan belajar mengajar, kata dia, bisa dilaksanakan jika level penularan virus sudah masuk epidemi, yang berarti penularan hanya bersifat lokal. "Sekarang itu statusnya masih pandemi. Artinya masih global," ujarnya.
Tri menilai langkah pemerintah menangani pagebluk ini belum serius. Sebabnya intervensi pemerintah hanya sebatas imbauan.
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau Mikro hanya sekedar aturan yang penerapannya di lapangan tidak diawasi. "Pembatasan 50 persen di perkantoran maupun area publik itu tidak terjadi. Semua sekarang sudah terlihat dibuka seluruhnya." Sehingga wajar jika belajar tatap muka ditolak oleh dosen dan mahasiswa UI.
Baca: Belajar Tatap Muka, Penolakan Dosen dan Mahasiswa UI Didukung Epidemiolog