TEMPO.CO, Jakarta - Arkeolog senior di Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACB), Junus Satrio Atmodjo, menilai pembangunan MRT Fase 2 bakal menghilangkan banyak data sejarah. Untuk itulah, cagar budaya yang ditemukan saat pengerjaan MRT Fase 2 harus disimpan.
"Itulah tugas kita bagaimana kita record semua data itu kemudian mengemasnya dan menyampaikan kepada teman-teman di DKI untuk dijadikan bahan sejarah," kata dia dalam diskusi virtual, Selasa, 27 April 2021.
Sebelumnya, MRT Jakarta menemukan sejumlah artefak saat melakukan penggalian di 14 titik Jalan MH Thamrin dan kawasan Monumen Nasional (Monas).
Artefak yang ditemukan antara lain tembikar, botol, pecahan keramik, logam, hingga tulang belulang. Selain itu, pembangunan MRT Fase 2 juga melewati sejumlah bangunan cagar budaya.
Arkeolog senior itu berpendapat, benda-benda bersejarah ini dapat dipajang, baik secara temporer atau permanen, di sekitaran stasiun MRT Fase 2.
Harapannya penumpang kereta Ratangga nantinya dapat melihat dan mempelajari sejarah Ibu Kota, khususnya temuan cagar budaya selama proyek Fase 2 berjalan.
Karena itu, PT MRT Jakarta membangun visitor center di dua titik koridor Fase 2, yaitu Monas dan Kota Tua. Beberapa barang cagar budaya berukuran kecil bakal ditempatkan di sana.
Visitor center juga akan menampilkan informasi termutakhir soal pembangunan MRT Fase 2. Melalui visitor center, menurut Junus, BUMD Jakarta itu dapat menyampaikan latar belakang sejarah temuan cagar budaya yang perlu diketahui masyarakat. "Ini adalah pertanggungjawaban budaya," ucap dia.
Baca juga: Proyek MRT Fase 2 Bakal Potong Tugu Jam Thamrin Jadi 3 Bagian untuk Direlokasi ke Monas