TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Bogor Bima Arya meminta semua pondok pesantren di Kota Bogor didata oleh Kantor Kementerian Agama dan para camat menjelang pembelajaran tatap muka. Para santri yang akan mengikuti pembelajaran tatap muka wajin menjalani tes swab PCR lebih dulu.
"Masih banyak santri yang berada di kampung halamannya, karena pola belajarnya adalah pembelajaran jarak jauh," kata Bima Arya di Bogor, Ahad 6 Juni 2021.
Bima Arya meminta swab PCR bagi para santri setelah menemukan 32 santri di sebuah pondok pesantren di Kota Bogor yang hendak menggelar pembelajaran tatap muka ternyata positif Covid-19.
Untuk mencegah penularan Covid-19 di pesantren, Bima meminta pengurus pondok pesantren yang berencana mulai pembelajaran tatap muka agar lapor ke kantor Kementerian Agama Kota Bogor atau ke kantor camat.
Wali Kota Bogor itu mengimbau pengurus pondok pesantren memastikan para santrinya yang kembali dari kampung halaman untuk tes swab PCR.
"Kalau hasil tes swab PCR di kampung halamannya positif agar menjalani perawatan lebih dulu sampai sembuh baru berangkat ke Kota Bogor," katanya.
Klaster Covid-19 di sebuah pesantren Kota Bogor diketahui ketika pengurus Pondok Pesantren Bina Madani, di Kelurahan Harjasari, Bogor Selatan, mengajukan diri untuk melaksanakan sekolah tatap muka.
Pemerintah Kota Bogor menetapkan, sekolah dan pondok pesantren yang akan menjalankan PTM harus memenuhi persyaratan protokol kesehatan, seperti #Cucitangan, #Jagajarak, dan #PakaiMasker. Hal ini dilakukan agar guru dan murid maupun ustaz dan santri bebas dari risiko Covid-19.
Ketika Dinas Kesehatan melakukan tes Covid-19 kepada 398 santri di pondok pesantren tersebut, ada 32 santri positif Covid-19.
Menurut Bima Arya, para santri di pondok pesantren tersebut tidak cuma berasal dari Kota Bogor, melainkan juga dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan luar Jawa.
Baca juga: Bima Arya Putuskan Status Klaster Covid-19 di Griya Melati Bogor Besok