TEMPO.CO, Jakarta - Ketika akan mendaftarkan anak agar bisa sekolah saat sistem Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB dibuka, para orang tua selalu dihadapkan pada pilihan jalur masuk yang beragam.
Pilihan-pilihan itu membutuhkan perhatian serius. Salah dalam menentukan pilihan jalur, anak bisa tidak mendapatkan kesempatan untuk bersekolah di sekolah yang diinginkan.
Yang juga membuat pusing adalah penerimaan siswa lebih banyak ditentukan berdasarkan Nilai Ebtanas Murni (NEM). Nilai itu kemudian menjadi dasar dalam pendaftaran sekolah.
Sekolah-sekolah kemudian menerapkan pemeringkatan (rangking) dalam penerimaan murid atau siswa baru. Maka muncul sekolah favorit (tempat murid yang memiliki NEM tinggi) dan sekolah dengan kategori biasa, bahkan dianggap tidak favorit.
Tentu sekolah favorit dengan rentang NEM tertinggi menjadi pilihan utama. Setelah itu sekolah yang yang berada di peringkat berikutnya.
Seleksi dengan sistem seperti memacu setiap peserta didik agar memperoleh nilai tinggi.
Selain dukungan buku-buku pelajaran, peningkatan kemampuan dilakukan orang tua dengan memberikan pelajaran tambahan melalui kursus atau les dengan guru atau di lembaga-lembaga pendidikan di luar jam sekolah.
Tujuannya agar nanti bisa diterima di sekolah favorit. Beberapa tahun lalu, peluang masuk sekolah favorit bisa diperoleh siswa dengan nilai minimal, yakni melalui jalur bina lingkungan tetapi kuotanya sedikit.
Sistem penerimaan siswa baru dengan mengedepankan NEM itu menyebabkan lokasi sekolah dengan rumah siswa terjadi persebaran. Tak sedikit siswa harus menempuh perjalanan jauh.