TEMPO.CO, Jakarta- Lapor Covid-19 melakukan survei terkait persepsi dan sikap warga DKI Jakarta terhadap vaksin Covid-19 pada periode 30 April-5 Mei 2021 dengan jumlah responden 47.505 orang. Kolaborator Ahli di Lapor Covid-19, Dicky Pelupessy, mengatakan dari survei yang dilakukan secara daring itu ditemukan tiga permasalahan perihal vaksinasi Covid-19 di masyarakat Ibu Kota.
“Temuan utama yang menarik untuk kita sampaikan adalah kami mendapati bahwa masih cukup besar warga DKI yang mengkhawatirkan efek samping atau resiko terkena KIPI setelah divaksin, kemanjuran vaksin, serta kehalalan vaksin,” ujar dia dalam konferensi pers daring pada Ahad, 13 Juni 2021. Dicky mengatakan 1 dari 3 warga DKI masih khawatir akan tiga hal tersebut.
Dicky menjelaskan, ada 23 persen responden survei yang menyatakan khawatir vaksin Covid-19 haram. Dari angka itu, sebanyak 20 persen menyatakan setuju, dan 3 persen sisanya sangat setuju. Bahkan, berdasarkan data yang ia paparkan, sekitar 18 persen responden yang menyatakan khawatir vaksin itu haram sudah divaksin. “Lebih tinggi itu yang belum divaksin. Itu yang khawatir vaksin haram angkanya sekitar 29 persen,” ujar Dicky.
Di sisi lain, 20,2 persen warga yang bersedia ikut vaksinasi Covid-19 masih khawatir vaksin itu haram. Lebih tinggi lagi, sekitar 50 persen warga yang tidak bersedia divaksin menyatakan kekhawatiran bahwa vaksin itu haram. Ia mengatakan permasalahan kehalalan vaksin masih menjadi isu bagi semua kelompok penghasilan, baik rendah maupun tinggi.
Temuan selanjutnya adalah kekhawatiran warga terkait kemanjuran vaksin Covid-19. Sebanyak 30 persen responden setuju dan 4 persen sisanya sangat setuju terhadap kekhawatiran tersebut. “Kalau melihat angkanya, yang betul-betul tidak khawatir terhadap kemanjuran vaksin itu di bawah 50 persen. Yang tidak setuju dan sangat tidak setuju itu total 37 persen,” tutur dia.
Terakhir, survei Lapor Covid-19 mencatat ada 32 persen responden yang menyatakan khawatir terkena efek samping atau Kejadian Ikutan PascaImunisasi (KIPI) vaksin Covid-19. Dicky mengatakan yang paling khawatir berasal dari responden berusia 40-50 tahun, diikuti oleh kalompok usia 30-40 tahun. “Paling rendah memang mereka yang muda-muda. Rentang usia 18-20 tahun. Polanya ini menarik, di usia yang produktif itu, 40-50 tahun, khawatir terkena efek samping,” kata Dicky.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Usia 18 ke Atas Percepat Herd Immunity di Jakarta
#Jagajarak #Cucitangan #Pakaimasker
ADAM PRIREZA