TEMPO.CO, Jakarta - Bima Arya menganggap belum selesainya masalah pembangunan Gereja Kristen Indonesia atau GKI Yasmin selama ini membuatnya tidak nyaman selama menjabat sebagai Wali Kota Bogor.
"Kayak kerikil dalam sepatu," kata Bima Arya di Wahid Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 16 Juni 2021.
Ia mengatakan konflik di GKI Yasmin juga telah menjadi isu nasional bahkan internasional. Misalnya ketika dia bertemu dengan mantan Duta Besar Indonesia untuk Inggris, Rizal Sukma, konflik GKI Yasmin juga ditanyai.
"Kita ditanya apa saja tentang Indonesia bisa kami jawab, tetapi ketika ditanya soal gereja Yasmin, agak kesulitan jawabnya," kata Bima Arya.
Bima mengatakan masalah di GKI Yasmin selalu dikaitkan dengan komitmen pemenuhan hak asasi warga negara. Karena itu, masalah di GKI Yasmin juga mempengaruhi kedudukan Indonesia.
"Ketika kita concern kepada isu-isu hak asasi, maka selalu dikaitkan pada PR (pekerjaan rumah) yang belum tuntas. Jadi menurut saya, ini adalah ikhtiar sebagai warga negara untuk menyingkirkan itu, sehingga kita bisa lantang untuk berikhtiar ikut serta dalam upaya (pemenuhan) isu hak asasi manusia," kata politikus PAN itu.
Terhadap masalah di GKI Yasmin yang telah berlangsung 15 tahun tersebut, Bima Arya akhirnya memutuskan pemerintah Kota Bogor mengibahkan tanah sebagai lokasi gereja baru. Keputusan ini diklaim telah melalui perundingan dan kesepakatan dengan para jemaah gereja.
Namun langkah Bima mendapat tentangan dari pengurus GKI Yasmin. Mereka mendesak Wali Kota Bogor segera melaksanakan putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung dan Rekomendasi Wajib Ombusdman.
"Kami menolak relokasi, kami menolak pemecahbelahan. Buka segera gereja sah kami," kata pengurus GKI Yasmin keterangan tertulis, Senin, 14 Juni 2021.
Baca juga: Majelis Jemaat Bakal Memanggil Pengurus GKI Yasmin yang Tolak Relokasi
M YUSUF MANURUNG