TEMPO.CO, Bogor - Dua pekan terakhir ini, kasus Covid-19 di Kabupaten Bogor melonjak tajam. Ruang isolasi di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 terisi tiga kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
Akibat ruang isolasi di rumah sakit penuh, pasien terpaksa melakukan isolasi mandiri di rumah.
Mochamad Agung, 31 tahun, menceritakan bagaimana dia berusaha mendapatkan kamar isolasi di RS rujukan Covid-19 untuk keponakannya IF, 26 tahun. Keponakannya itu sesak napas sepulang dari luar kota. Agung pun membawa keponakannya ke RS rujukan terdekat dari Kampungnya di Ciawi.
Sesampainya di rumah sakit, IF langsung masuk IGD. Petugas RS meminta pihak keluarga menandatangani surat pernyataan.
"Anehnya, setelah tanda tangan si petugas bilang nanti setelah hasil keluar mendapat penanganan karena ruang penuh. Ponakan saya dibawa pulang dulu sambil menunggu hasil tes PCR. Kalau positif, nanti akan dijemput katanya,” ucap Agung kepada Tempo, Sabtu 19 Juni 2021.
Setelah dibawa pulang, kondisi keponakan Agung semakin memburuk. Tiga hari menunggu di rumah, IF meninggal sebelum ada informasi dari rumah sakit apakah dia positif Covid-19.
“Secara takdir kami ikhlas melepas kepergian IF. Tapi, sampai saat ini kami masih bertanya kenapa RS saat itu tidak merawat almarhum dengan alasan penuh. Padahal kan kalau penuh bisa dikasih rujukan ke mana gitu agar mendapat perawatan,” kata Agung.
Kesulitan memperoleh ruang isolasi bagi pasien Covid-19 juga dialami Atik Sulistyowati, 47 tahun, warga Tajur Halang, Kabupaten Bogor. Atiek menceritakan saat ini terjadi lonjakan kasus corona di kompleknya, hingga puluhan warga di kompleksnya terpapar virus itu.