Jakarta - Para mantan Ketua BEM UI menyatakan sepakat dengan kritik pengurus BEM UI saat ini kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Sebelumnya, BEM UI 2021 mengkritik Jokowi sebagai King of Lip Service karena ucapannya yang dinilai sering tidak konsisten.
"Mereka pada mendukung (kritik BEM UI)," ujar Ali Abdillah, Ketua BEM UI tahun 2013 saat dihubungi Tempo, Selasa, 29 Juni 2021.
Ali yang saat ini bekerja sebagai Dosen Hukum Tata Negara di Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu juga menyayangkan sikap kampus yang menyebut kritik tersebut menyalahi aturan karena dinilai telah menghina simbol negara.
Menurut Ali, pihak kampus sudah keliru karena dalam UUD 1945, presiden bukan simbol negara.
"Lalu setahu saya delik penghinaan presiden sudah dicabut MK. Baru mau ada rencana ada lagi di RKUHP," ujar Ali.
Selain itu, Faldo Maldini yang merupakan Ketua BEM UI tahun 2011, menyatakan kritik yang disampaikan BEM UI saat ini terbilang biasa-biasa saja. Menurut dia, ada banyak kritik yang jauh lebih keras kepada Jokowi dibanding milik BEM UI.
"Saya kira semua pihak tidak perlu berlebihan menanggapi kritik tersebut. Baru sebatas kritik kok, yang mem-bully lebih parah, banyak. Kan capek juga, tiap ada yang kritik langsung reaktif," ujar Faldo.
Terakhir, Ketua BEM UI tahun 2017 Muhammad Syaeful Mujab juga menyatakan setuju dengan kritik King of Lip Service. Menurut dia apa yang disampaikan BEM UI memiliki data yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga tak ada yang salah dengan kritik tersebut.
"Pesan yang diberikan juga menggambarkan keresahan yang terjadi. Soal ada yang tidak setuju karena dinilai kurang etis ya silahkan aja. Semua orang berhak berpendapat," kata Mujab.
Pada Sabtu pekan lalu, BEM UI melalui akun Instagram mereka @bemui_official, menggelari Jokowi dengan sebutan "King of Lip Service". Gelar ini diberikan karena Jokowi dinilai sering tak konsisten dalam ujarannya.
"Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu," bunyi siaran pers BEM UI di akun Instagram mereka @bemui_official pada Sabtu, 26 Juni 2021. Tempo sudah menghubungi narahubung BEM UI Fathan untuk mengutip siaran pers tersebut.
Salah satu kejadian yang membuat gelar King of Lip Service disematkan, seperti saat Jokowi menyatakan rindu ingin didemo agar pemerintahannya dapat dikontrol. Namun menurut data yang disajikan BEM UI, banyak aksi demonstrasi yang justru berujung penangkapan dan tindakan represif aparat kepada mahasiswa.
Seperti misalnya data dari KontraS yang dikutip BEM UI, sebanyak 1.500 laporan kekerasan aparat kepada pendemo tolak UU Cipta Kerja terjadi. Belum pada demo lain yang kerap berujung penangkapan dan penghalangan bantuan hukum.
"Semua mengindikasikan bahwa perkataan yang dilontarkan tidak lebih dari sekadar bentuk "lip service" semata. Berhenti membual, rakyat sudah mual!" tulis akun BEM UI.
Baca juga: Rektorat Periksa BEM UI, Dosen Hukum UGM: UI Pertaruhkan Otonomi Kampus
M JULNIS FIRMANSYAH