TEMPO.CO, Bogor – Perawat Puskesmas Sukaraja, Eka Agustina, merasa sedih pasien Covid-19 yang diantarnya ke RSUD Cibinong harus antre untuk mendapat penanganan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Padahal pasien Covid-19 rujukan dari puskesmasnya itu bergejala berat.
Dengan membawa surat rujukan, perawat yang mengenakan baju hazmat dan Alat Pelindung Diri itu masuk ke ruang IGD untuk menemui dokter jaga RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor, agar pasien yang dibawanya bisa segera ditangani.
“Itu sedihnya saya, pasien di wilayah kami banyak yang berjatuhan. Sehari bisa ada laporan 20 orang terpapar, dengan berbagai gejala. Jika gejalanya ringan, kami bisa tangani dan rekomendasikan isoman. Tapi, jika seperti pasien yang saya bawa hari ini harus segera di bawa ke RS. Tapi ternyata RS juga penuh, kami ngantri,” kata Eka di RSUD Cibinong, Rabu 30 Juni 2021.
Pasien mendapatkan perawatan di tenda darurat RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor, Kamis, 24 Juni 2021. Ketersediaan kamar rawat di RSUD Cibinong menipis disebabkan lonjakan pasien COVID-19 beberapa hari terakhir di Kabupaten Bogor. ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Eka mengatakan hampir semua RS rujukan Covid-19 di Kabupaten Bogor sudah penuh sehingga pasien Covid-19 harus antre. Sebelum merujuk pasien dari Puskesmas, Eka harus mencari rumah sakit yang tersedia lewat aplikasi khusus penuju RS rujukan.
“Jadi sebelum saya membawa pasien, biasanya kami ajukan dulu di aplikasi yang menampilkan ketersediaan ruangan di RS. Nah kami searching, kalau ada yang kosong kami langsung kontak. Tapi mendapat RS kosong itu, kami waiting list. Artinya tidak hari ini kami ajukan rujukan, hari ini juga dapat. Kadang harus nunggu hingga dua hari,” kata Eka.
Selanjutnya pasien Covid-19 yang datang langsung ke RSUD Cibinong