TEMPO.CO, Jakarta - Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (BEM KM UMY) ikut angkat bicara soal respons Presiden Joko Widodo terhadap kritik BEM UI. Mereka mengkritik Jokowi karena hanya menanggapi soal labelling yang diberikan oleh BEM UI.
BEM KM UMY juga menambahi gelar “The King of Pura-Pura Tidak Paham” untuk Jokowi. “Nuwun sewu Pak Jokowi, izin menyampaikan pendapat. Substansi kritik The King of Lip Service kok tidak ditanggapi? Ada apa?” begitu tertera dalam unggahannya pada Kamis, 1 Juli 2021.
Mereka juga menyebutkan bahwa Jokowi menggunakan komunikasi persuasif dengan menyentuh sisi emosi masyarakat. Hal ini dikaitkan dengan teori retorika Aristoteles.
“Menjadi sangat jelas ketika Pak Jokowi sama sekali tidak menanggapi substansi utama dari kritik The King Of Lip Service’ dan malah terkesan mengaburkan substansi utama dari kritik tersebut.”
Hal ini disebut menandakan adanya penarikan emosional rakyat agar mereka merasa bersalah, sedih, simpatik dan menghormati.
BEM KM UMY juga memaparkan 4 poin kritik yang seharusnya dijawab dan ditanggapi, yakni:
- Mengenai tindakan represi yang dilakukan aparat kepolisian
- Persoalan Revisi UU ITE
- Permasalahan KPK yang “katanya” setelah direvisi akan semakin kuat namun nyatanya nihil.
- Persoalan mengenai judicial review yang bapak Jokowi minta untuk MK tolak semua gugatan tentang UU Cipta Kerja.
Sebelumnya, BEM UI melontarkan kritik terhadap Presiden Jokowi dengan mengunggah poster Jokowi King of Lip Service di sosial media. Kritik BEM UI atas kepemimpinan Presiden Jokowi itu heboh karena pihak rektorat Universitas Indonesia memanggil para pengurus BEM pada Ahad lalu.
ZEFANYA APRILIA | TD
Baca juga: Heboh Unggahan Jokowi King of Lip Service, Begini Profil Ketua BEM UI