TEMPO.CO, Jakarta - Polda Metro Jaya menyatakan DKI Jakarta telah mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) karena vaksinasi telah mencapai 95,5 persen. Angka itu melampaui standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 70 persen untuk mencapai herd immunity.
Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan bahwa untuk mencapai herd immunity tidak mudah dan merupakan proses yang membutuhkan jangka panjang. “Ini yang saya khawatirkan. Herd immunity itu tidak mudah,” kata epidemiolog dari Griffith University, Australia kepada Tempo saat dihubungi pada Selasa, 11 Agustus 2021.
Standar WHO hanyalah salah satu dari tiga variabel herd immunity. “Bukan berarti kalau 100 persen sudah divaksin, automatically tercapai herd immunity. Bukan variabel tunggal.”
Variabel yang kedua adalah angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19, yakni tingkat potensi penularan virus. Rt harus di bawah 1, bahkan sekecil mungkin. Angka Rt dipengaruhi oleh 3T (testing, tracing, treatment). Dicky mengakui penerapan 3T di Jakarta sudah baik.
Dua variabel diakuinya ini sudah terpenuhi di Jakarta. Namun variabel ketiga belum bisa dijawab dan belum bisa meyakinkan adanya vaksin yang memiliki efektivitas tinggi dalam mencegah penularan. "Dan itu enggak ada. Di dunia saja ini belum ada.”
Dicky mengatakan Jakarta masih dalam perjalanan panjang untuk mencapai herd immunity. Ditambah lagi dengan potensi munculnya varian baru yang dapat menurunkan efikasi vaksin yang tersedia.
“Kalau 96 persen itu mencapai threshold herd immunity. Tapi harus dua kali suntik, bukan satu kali suntik.”
Ia mengingatkan bahwa vaksinasi saja bukan strategi yang bisa diandalkan untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Perlu dibarengi dengan 3T dan 5M yang kuat, serta pembatasan antarwilayah yang kuat.
Per Selasa, 11 Agustus 2021 pukul 12.00 WIB, Kementerian Kesehatan mencatat 8.952.105 warga DKI menerima vaksinasi dosis pertama. Sedangkan yang sudah menerima dosis kedua 3.931.257 orang.
Baca: Target Vaksinasi DKI Naik Jadi 11 Juta
ZEFANYA APRILIA