TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan 140 rumah sakit rujukan COVID-19 di Jakarta sempat kolaps akibat hantaman ledakan COVID-19 gelombang kedua sepanjang Juli 2021 lalu. Indikatornya adalah jumlah pasien yang dirawat melampaui kapasitas.
"Bila batas itu terlewati, maka kapasitas kesehatan kita kolaps, jumlah yang harus dirawat lebih banyak dari jumlah tempat tidur dan kamar untuk perawatan," kata Anies Baswedan, dalam rekaman video Pemerintah DKI Jakarta, Sabtu, 14 Agustus 2021.
Saat itu, daya tampung rumah sakit ditambah dari semula hanya enam ribu tempat tidur menjadi 11 ribu tempat tidur dengan memanfaatkan sejumlah ruangan rumah sakit yang masih kosong. "Meski telah ditambah, jumlah pasien yang datang tetap jauh lebih banyak dari fasilitas kesehatan," ujar Anies
Pada ledakan gelombang kedua, kasus harian di Jakarta sempat mencapai 14 ribu kasus per hari. Angka kasus harian itu stagnan di angka sekitar 12 ribu sehari. Sedangkan jumlah kasus aktif di puncak ledakan COVID-19 pada 16 Juli 2021 lalu mencapai 113 ribu kasus.
Sempat berada di posisi sulit, kata Anies, ledakan COVID-19 gelombang kedua di Jakarta berhasil diredam lewat berbagai macam cara. Salah satunya adalah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang kemudian menjadi PPKM level 4 setelah adanya penurunan kasus di Jakarta.
"Kini, alhamdulilah beban kapasitas kesehatan kita sudah turun." Keterisian tempat tidur di seluruh rumah sakit di Jakarta hanya 33 persen, sedangkan keterisian tempat tidur di ICU 59 persen.
Berdasarkan pemantauan, pada puncak ledakan kedua keterisian tempat tidur memang di atas 90 persen, bahkan sejumlah rumah sakit sampai membuat tenda darurat untuk menampung pasien.
Banyak rumah sakit yang sudah kosong, Anies memutuskan sebagian fasilitas kesehatan itu dialihkan untuk pasien non-COVID-19. "Karena beban kapasitas sudah turun, maka kapasitas perawatan COVID-19 diturunkan untuk memberi ruang bagi pasien non-Covid."
Penurunan beban rumah sakit berdampak langsung kepada turunnya tingkat kematian akibat COVID-19 karena banyak pasien yang mendapatkan perawat yang lebih maksimal.
Saat ini jumlah jenazah yang dimakamkan dengan prosedur COVID-19 berkisar dari 40 hingga 50 orang, merosot drastis jika dibandingkan dengan kondisi pada ledakan kedua, dengan jumlah pemakaman 400 jenazah dalam sehari.
Baca: Vaksin Dosis Ketiga Diberikan untuk 4.596 Tenaga Kesehatan Jakarta Barat