TEMPO.C Jakarta - Media arsitektur Rethinking The Future (RTF) menyebut Jakarta menduduki peringkat pertama kota dengan desain perencanaan tata ruang kota terburuk di dunia.
Menurut media tersebut, sejumlah hal yang berkontribusi atas capaian negatif tersebut antara lain padat penduduk dengan udara dan air yang tercemar, kemudian ruang hijau dan ruang terbuka yang tidak memadai, kemacetan lalu lintas yang ekstrem, dan perluasan kota yang tidak terencana.
Selain itu, pembangunan infrastruktur yang berada di tangan pemerintah daerah berdampak mengurangi kemungkinan pelaksanaan proyek jangka panjang.
Berikut sejumlah faktanya.
-191 pohon di Monas Ditebang
Anggota DPRD DKI, Gilbert Simanjuntak, mengatakan bahwa udara bersih menjadi faktor yang dinilai oleh media RTF. Namun, 191 pohon di Monas yang menjadi paru-paru kota telah ditebang.
-Kawasan Kumuh
Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi menyatakan memang masih ada kawasan kumuh sehingga Jakarta disebut sebagai kota dengan tata kota terburuk di dunia. Ia mencontohkan kawasan kumuh Tanah Tinggi di Johar Baru, Jakarta Pusat.
-Pelanggaran Tata Ruang
Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan Nirwono Joga menyebut Jakarta dijuluki kota dengan tata ruang kota terburuk di dunia karena pelanggaran tata ruang.
Nirwono menilai, pembangunan kota Jakarta sangat tergantung pada kebijakan gubenurnya, bukan pada rencana tata ruang yang dibuat oleh Pemprov DKI.