TEMPO.CO, Bogor – Ratusan korban akibat banjir bandang dan longsor sungai Cidurian yang terjadi pada awal tahun 2020, hingga saat ini masih tinggal di hunian sementara yang berapatapkan seng dan berdiding gypsum.
Saat mendengar sungai Cidurian kembali mengganas, meski sudah 20 bulan mereka tinggal di hunian tersebut, rasa takut dan kekhawatiran mereka kembali menghantui. Dan sekaligus membuat trauma setiap warga di wilayah bagian barat Kabupaten Bogor itu.
“Meski kami di sini, saya dan anak-anak serta warga lainnya selalu merasa waswas. Terutama saat terjadi hujan lebat yang disertai angina dan petir, kami takut bencana kembali terjadi. Selama ini, kami juga di sini menunggu kepastian kapan hunian tetap di lokasi yang dijanjikan selesai dibangun, agar kami bisa pindah dan hidup tanpa rasa ketakutan. Tolong perhatikan kami,” kata Nur Syaida, salah satu pengungsi akibat luapan Cidurian di pengungsian Cileuksa, Sukajaya. Selasa, 7 September 2021.
Legislator Jawa Barat asal Dapil Kabupaten Bogor, Asep Wahyuwijaya saat meninjau langsung kondisi warga yang mengungsi dan terdampak banjir bandang sungai Cidurian dan longor, menyebut tidak tega melihat kondisi warga.
Nasib mereka hingga saat ini menggantung di pengungsian dan tinggal di hunian sementara yang dibangun menggunakan anggaran APBN itu.
Selanjutnya: Asep berarap pemerintah Kabupaten Bogor segera...