TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta mencanangkan program Gerebek Lumpur untuk mengendalikan banjir sejak September 2020. Mantan Kepala Dinas SDA DKI Juaini mengatakan kegiatan itu merupakan pengerukan lumpur di danau, sungai, dan waduk Ibu Kota.
Program pengerukan lumpur ini diharapkan dapat mencegah banjir secara maksimal serta meningkatkan kapasitas sungai dan situ. “Kegiatan ini kita lakukan secara masif. Mulai dari saluran mikro, saluran makro, kali-kali PHB (penghubung), kali-kali besar maupun waduk. Ini kita lakukan untuk mencegah atau pun mengurangi adanya genangan nanti di musim hujan,” tutur dia.
Berikut fakta-fakta Gerebek Lumpur:
1. Diumulai dari Waduk Ria Rio
Fase pertama Gerebek Lumpur di Waduk Ria Rio, Pulogadung, Jakarta Timur dimulai pada 21 September 2020. Sebanyak 15 alat berat berupa excavator dikerahkan untuk mengeruk lumpur. Juani mengatakan kegiatan pengerukan sebenarnya telah dilakukan sejak Maret.
Sementara untuk fase kedua, Gerebek Lumpur akan dilakukan di sungai, waduk, dan danau di DKI Jakarta.
2. Jakarta masih banjir
Meski sudah ada Gerebek Lumpur dan program lainnya, Jakarta masih diterjang banjir pada Februari 2021. Banjir merendam permukiman warga mayoritas di kawasan Jakarta Timur akibat luapan Sungai Ciliwung.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Sabdo Kurnianto, mencatat ada 5 korban jiwa dari peristiwa banjir yang menggenangi Jakarta pada Sabtu, 20 Februari 2021.
Selanjutnya gerebek lumpur digencarkan lagi tahun 2021