TEMPO.CO, Jakarta - Kota Jakarta menempati urutan ke-46 dengan skor 56,4 sebagai kota aman di dunia. Nilai DKI secara keseluruhan di bawah rata-rata kota lain, yaitu 66.1. Untuk ukuran wilayah Asia Tenggara, Jakarta tertinggal dari Kuala Lumpur, Malaysia di peringkat ke-32 dan Singapura di peringkat ke-3.
Laporan ini dibuat oleh The Economist Intelligence Unit yang merilis laporan berjudul The Safe Cities Index 2021. Laporan ini mengukur skor keamanan 60 kota di dunia melalui 4 indikator, yaitu keamanan digital, kesehatan, infrastruktur, keamanan individu, dan lingkungan.
Jika dibedah per indikator, nilai terendah Jakarta berada di faktor keamanan digital. Ibu Kota Republik Indonesia ini hanya mendapatkan skor 38.0 atau tiga terbawah dalam urusan keamanan digital.
Sementara skor tertinggi dicapai Jakarta dalam urusan keamanan lingkungan. Kota yang saat ini dipimpin oleh Gubernur Anies Baswedan ini mendapatkan skor 73.7 dan bertengger di peringkat ke-30 untuk indikator tersebut.
Laporan The Economist Intelligence Unit menempatkan Kopenhagen sebagai kota teraman di dunia. Ibu Kota Denmark ini ada di puncak dengan skor 82.4. Sementara peringkat terbawah ditempati Kota Yangon, Myanmar.
Dalam bab kesimpulan laporan itu disampaikan bahwa Covid-19 telah mendorong agenda keamanan kota menjadi lebih luas, setidaknya dalam empat indikator di atas. Hal itu karena Covid-19 telah menimbulkan bahaya kesehatan, khususnya untuk orangtua dan pemilik komorbid.
Kedua, upaya penanganan pandemi telah membuat banyak hal diabaikan untuk beberapa waktu. Sebagai organisme biologis, manusia membutuhkan kota dengan berbagai aset, tidak hanya soal perawatan kesehatan, tetapi juga infrastruktur dan lingkungan untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul ketika virus menyerang.
Ketiga, pandemi Covid-19 telah mengingatkan tentang risiko apa yang akan dihadapi manusia. Banyak kota tidak siap, setidaknya untuk menghadapi beberapa kerentanan yang muncul akibat lockdown.
Pada akhirnya, penelitian ini dibuat untuk mengkaji ulang tentang kota yang akan kita tinggali, mempertimbangkannya kembali, serta melihat bahaya, untuk mencapai kota yang aman, berkelanjutan, dan layak huni.
Baca juga: LIPI Bentuk Tim Pelaksana Keamanan Siber di Indonesia
M YUSUF MANURUNG