Keesokan paginya, Fachrial mendapati cuitannya soal polisi dan satpam BCA ini viral. Dia mendapatkan ribuan like dan retweet. Termasuk retweet dari salah satu akun Twitter berisi shitposting politik yang punya ratusan ribu pengikut. Menurut Fachrial, banyak warganet merespon cuitannya dengan menyetujui baiknya pelayanan BCA.
"Kalau akun saya followers-nya tidak banyak," kata dia.
Namun sekitar pukul 10.00, Fachrial menerima DM berupa ancaman di Instagram berkaitan dengan cuitannya di Twitter. Waktu itu, jumlah DM tidak terlalu banyak.
Fachrial lantas mengangkat masalah ancaman kekerasan ini di Twitter pribadinya. Banyak netizen memberikan dukungan terhadapnya. Beberapa akun yang tadinya mengancam di Instagram, juga tiba-tiba hilang.
Hingga akhirnya pada Sabtu pagi ini, dia melihat banyak akun yang kembali mengirim pesan ancaman di Instagram. Fachrial menduga, ancaman itu kembali muncul setelah tiga akun Instagram melakukan doxing dan provokasi. Akun itu adalah @gegana_id, @jayalah.negeriku, dan @joker_supriadi. Mereka mengunggah tangkapan layar berupa profil dan postingan akun Instagram Fachrial.
"Dengan menuliskan narasi macam-macam dan mengundang followersnya untuk mampir ke akun saya," kata Fachrial.
Tidak berhenti di situ, Fachrial juga menerima upaya peretasan akun Twitter miliknya. Seseorang berusaha mengubah kata sandi akunnya. Namun, upaya ini mampu dicegah oleh korban.
Fachrial pun mendapatkan telepon dari dua nomor tidak dikenal. Masing-masing memiliki kode negara +62 dan +1. Anehnya, nomor tersebut menelepon dua nomor SIM card milik Fachrial. "Padahal nomor yang satu hanya saya gunakan untuk paket data," ujar dia.
Pria 24 tahun ini memilih tidak pernah membalas DM atau menerima telepon tak dikenal itu usai cuitannya tentang polisi dan satpam. Dia memilih fokus mengumpulkan bukti-bukti. Fachrial juga telah menjalin komunikasi dengan Southeast Asia Freedom of Expression Network atau SAFEnet untuk perlindungan digital.