TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono meminta anggaran Rp 120 miliar untuk sumur resapan digeser ke program lain. Menurut dia, sumur resapan tak bisa mengatasi banjir di Ibu Kota.
"Berdasarkan evaluasi yang kami dapatkan di lapangan manfaat sumur resapan tidak terlalu maksimal untuk mengatasi persoalan banjir," kata Gembong dalam rapat Banggar di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Rabu, 24 November 2021.
Politikus PDIP ini merekomendasikan anggaran sumur resapan dalam Rancangan APBD (RAPBD) DKI 2022 dinolkan. Sebagai gantinya, anggaran itu bisa masuk untuk program lain di sektor penanganan banjir.
"Dari alokasi anggaran Rp 120 miliar mohon kepada pimpinan untuk dinolkan, digeser untuk penanganan banjir dari sektor lain, bukan untuk sumur resapan," ujarnya.
Gembong Warsono menilai pemanfaatan anggaran sumur resapan tahun ini tidak maksimal. Tahun ini pemerintah DKI mengalokasikan Rp 416 miliar untuk membangun sumur resapan.
Pengendara motor melintas di Jalan Durian Raya, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa, 23 November 2021. Sumur resapan yang mengambil sebagian ruang badan jalan itu kerap menghambat pengguna lalu lintas. TEMPO/Daniel Christian D.E
Dia mengkritik sumur resapan justru lebih banyak dibangun di atas trotoar. "Rasanya tidak elok air naik ke trotoar," ucap dia.
Sebelumnya, pemerintah DKI menganggarkan Rp 320 miliar dalam Kebijakan Umum Anggaran dan Priorotas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2022 untuk sumur resapan. Nilai ini disepakati turun menjadi Rp 120 miliar dalam rapat pembahasan RAPBD 2022.
Baca juga: Ada Sumur Resapan Dibangun di Tempat yang Tidak Ada Genangan