TEMPO.CO, Bogor - Wali Kota Bogor Bima Arya memanfaatkan pandemi Covid-19 untuk kampanye pengendalian konsumsi tembakau dalam rokok. Covid-19 menimbulkan efek yang lebih buruk pada warga dengan penyakit penyerta (komorbid) dan perokok berat.
Hal itu disampaikan Bima saat berbicara dalam acara The 6th APCAT-APCAT Pacific Summit Of Mayors 2021, Selasa. Dalam paparan tentang pengendalian tembakau di Kota Bogor itu Bima menekankan pentingnya kampanye tersebut.
Berdasarkan laporan yang diterimanya, Bima mengatakan hasil pengamatan terhadap pasien di RSUD Kota Bogor yang merokok bisa diasumsikan bahwa konsumsi tembakau bisa menyebabkan komorbid dan gejala Covid-19 lebih berat.
Berangkat dari asumsi itu, Pemerintah Kota Bogor akan mengurangi kebiasaan merokok itu dengan mengintegrasikan protokol kesehatan Covid-19 dan kawasan bebas rokok di Bogor.
Selain protokol kesehatan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, mengurangi mobilitas masyarakat, dan menghindari kerumunan, masyarakat juga diimbau mengurangi bahkan berhenti merokok lagi. Kampanye prokes Covid-19 dan antirokok ini dilakukan selama dua pekan ke depan secara masif. “Tujuan utama adalah berhenti merokok,” ujar Bima.
Kampanye itu akan diisi dengan inspeksi dadakan atau sidak ke beberapa kantor dan transportasi publik. Bima ingin memastikan penegakan kawasan bebas rokok diterapkan di Kota Bogor.
Wali Kota Bogor itu menginstruksikan Satgas Kawasan Tanpa Rokok (KTR) memastikan regulasi dijalankan. Dia minta tidak ada iklan rokok di pasar swalayan atau toko modern. "Kota Bogor akan menjadi salah satu kota terdepan pengendalian tembakau di Indonesia,” ucap Bima Arya.
Baca juga: Peletakan Batu Pertama Pembangunan GKI Yasmin, KSP Apresiasi Bima Arya