TEMPO.CO, Jakarta -Bagi sebagian masyarakat Jakarta—dan sebagian masyarakat Indonesia—tidak asing lagi dengan keberadaan Bandar Udara Halim Perdanakusuma disingkat HLP.
Lanud dan Bandara Halim Perdanakusuma pekan depan akan mulai direvitalisasi. Bandara yang terletak di Jakarta Timur ini ternyata diambil dari nama Marsekal Muda Halim Perdanakusuma.
Ia terlahir dengan nama Abdul Halim Perdanakusuma dan dilahirkan di Sampang Madura pada tanggal 18 November 1922. Halim merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Menukil kanal tni-au.mil.id, Ayahnya bernama Haji Abdulgani Wongsotaruno, seorang Patih dari Sampang, Madura dan penulis, salah satu karyanya adalah Batara Rama Sasrabahu, yang ditulis dalam bahasa Madura.
Sementara ibunya, Raden Ayu Aisah, putri Raden Ngabeki Notosubroto, Wedana Gresik, Jawa Timur.
Sejak kecil Halim sudah menempuh pendidikan yang mumpuni mulai dari memasuki HIS (Hollandsch Inlandsche School) di Semarang dan tamat pada 1934, kemudian ia masuk ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Surabaya lulus pada tahun 1938 dan melanjutkan ke pendidikan Pamong Praja Hindia Belanda (MOSVIA) di kota Magelang.
Saat di MOSVIA dan memasuki tingkat dua, perang dunia ke II pecah di Eropa. Pada bulan Mei 1940 Belanda diduduki Jerman, hal inilah yang membuat Pemerintah Belanda mengeluarkan aturan untuk wajib militer bagi rakyat Hindia Belanda.
Berikutnya : Adanya peraturan tersebut tidak luput membuat Halim Perdanakusuma