TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta Anggoro Dwitjahyono mengatakan angka kemiskinan di DKI Jakarta menurun per September 2021. Penurunan angka kemiskinan itu terjadi untuk pertama kalinya setelah setahun pandemi Covid-19.
Jumlah penduduk miskin di Jakarta turun 3.630 orang sejak Maret 2021 menjadi 498.290 ribu orang, atau turun 0,05 persen poin menjadi 4,67 persen poin.
Namun Anggoro mengatakan Garis Kemiskinan atau nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan non-makanan di DKI Jakarta, naik sebesar Rp715.052 per kapita per bulan pada September dibandingkan Rp 697.638 per kapita per bulan pada Maret 2021.
“Garis kemiskinan makanan menyumbang Garis Kemiskinan lebih besar dengan 68,65, sementara garis kemiskinan bukan makanan menyumbang 31,35 persen terhadap total Garis Kemiskinan,” papar Anggoro Dwitjahyono pada pemaparan BPS DKI Jakarta pada Senin, 17 Januari 2021.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2021, rata-rata jumlah rumah tangga miskin 4,79 sehingga Garis Kemiskinan untuk rumah tangga di Jakarta pada September 2021 adalah Rp3.425.099. Adapun Garis Kemiskinan nasional untuk rumah tangga adalah Rp2.187.756.
Melihat kemiskinan, menurut Anggoro, perlu juga memerhatikan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap kemiskinan, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Selanjutnya indeks kedalaman kemiskinan naik...