TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan status PPKM Jakarta tak harus naik ke level 3 akibat penularan kasus Covid-19 varian Omicron meningkat. Menurut dia, status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) harus disesuaikan dengan indikator epidemiologis.
"Saya kira dijaga saja pada level 2, tidak mesti langsung 3, tapi sesuai dengan konteks indikator epidemiologisnya," kata dia saat dihubungi, Senin, 17 Januari 2022.
Jakarta berstatus PPKM Level 2 hingga Senin, 17 Januari. Diduga status PPKM Jakarta bakal dinaikkan ke level 3 karena kasus Covid-19 kembali naik, namun Wagub DKI Riza Patria menyebut hal itu akan diputuskan oleh pemerintah pusat.
Penularan kasus Omicron di Ibu Kota kian melonjak seiring dengan bertambahnya kasus harian baru. Per kemarin ditemukan 720 kasus Omicron yang terdiri dari 567 pelaku perjalanan luar negeri dan 153 transmisi lokal.
Yang terpenting, dia melanjutkan, pemerintah harus bisa memastikan aktivitas yang mengundang banyak orang harus diminimalisasi. Selain itu, pencegahan penularan virus corona berupa 5M tetap dijalankan.
Dicky mengingatkan pentingnya menggunakan masker, khususnya bagi masyarakat yang mobilitasnya tinggi, lanjut usia (lansia), hingga memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
"Maskernya kalau bisa mereka menggunakan N95 atau KN95," ujar dia.
Langkah mitigasi berikutnya adalah memperkuat literasi, membangun persepsi risiko, dan penguatan data. Menurut Dicky, langkah ini tidak hanya untuk merespons penularan Omicron, tapi juga kasus Covid-19 varian lainnya seperti varian Delta atau Alpha.
Pemerintah juga perlu mempersiapkkan pelayanan kesehatan, seperti stok obat, alat medis, oksigen, hingga sumber daya manusia dalam menghadapi penyebaran varian Omicron. "Pada beberapa situasi yang namanya melokalisir mau itu dalam bentuk PPKM ketat atau microlockdown bisa saja membantu asal dengan dini yang kuat," jelas dia.
Baca juga: Kasus Omicron Jakarta Tembus 825, Transmisi Lokal Melonjak 90 Orang